Long Distance Marriage Memang Tidak Mudah, Tapi 6 Hal Ini Membuat LDM Worth It Dipertahankan!

Pertemuan yang tak kenal pada kata ‘pulang’ mungkin begitu diharapkan oleh banyak pasangan. Sebab itulah bukan tak mungkin jika pernikahan yang disegerakan menjadi dambaan untuk bisa segera terwujud, bahkan kalau bisa dalam hitungan pekan dimulai dari sekarang. Harapan itu bisa terbentuk karena indahnya pernikahan yang identik dengan kebersamaan tanpa harus kenal lagi kalimat ‘Aku pulang dulu, ya, Sayang.’

Advertisement

Tapi, sebagai manusia kita memang bebas memiliki banyak keinginan. Namun, tak semua keinginan bisa jadi kenyataan. Terutama bagi pasangan yang masih harus merelakan jarak, sekalipun ikrar pernikahan telah diucapkan.

Ya, manisnya hidup setelah pernikahan pun harus dibarengi dengan ketabahan agar rindu yang dimiliki bisa berbuah manis di masa depan. Pasti berat untuk dirasakan, tapi yakinilah jika dengan menjalani beberapa hal ini maka LDM (Long Distance Marriage) tidak akan semenyiksa yang dikira.

1. Waktu cuma bisa memandang guling, bukan wajahnya — ingat kenapa kalian memulai ini semua

Jadikan komitmen sebagai pondasi. :)

Jadikan komitmen sebagai pondasi. 🙂 via www.shutterstock.com

Dalam hubungan yang baru sebatas pada pacaran saja komitmen jadi sebuah hal yang begitu dibutuhkan, apalagi dalam mahligai pernikahan. Rasanya komitmen jadi sesuatu yang begitu istimewa, bahkan tak salah jika itu kemudian disebut sebagai pondasi untuk membangun rumah tangga.

Advertisement

Terlebih jika jarak menjadi hal yang nyata usai pernikahan. Waktu bukan mukanya yang bisa kamu temukan waktu membuka mata, malah guling yang cuma bisa dipeluk tanpa membalas.

Komitmen jelas jadi bekal yang pada akhirnya dipakai untuk bisa saling menguatkan. Itulah yang akan bisa membuat jarak seolah bisa dilipat sampai waktu di mana bersama-sama dengan dia bukan lagi sebatas pada keinginan.

2. Bayangkan bagaimana kalian bisa bercerita panjang saat bertemu nanti. Kangen bisa ditahan dulu saat ini

Advertisement
Kangen? Ya, pasti!

Kangen? Ya, pasti! via www.playbuzz.com

Konon kangen adalah sebuah penyakit akut yang hanya bisa diobati dengan pertemuan. Seringkali, kangen akan mengubah rasa bijaksana jadi sesuatu yang terasa dingin dan melankoli di dalam perasaan. Kamu yang LDR-an saja gampang kangen dan ingin ketemu. Bayangkan kalau sudah menikah dan tidak bertemu berminggu-minggu.

Sesuatu yang wajar jika perasaan tersebut bergelayut manja dalam hati. Tapi, terus menerus meratapi juga bukan sesuatu yang baik bagi diri sendiri. Meski memang tidak mudah dilakoni, menjadikan kangen sebagai motivasi untuk menyambut hari adalah cara terbaik daripada sekadar meratapi.

3. Lihat ulang chat, tag-nya di Path dan semua postingan sosial medianya. Ingat kalau dia sebenarnya rindu juga

Komunikasi adalah kunci!

Komunikasi adalah kunci! via www.huffingtonpost.com

Komunikasi adalah kunci! Ya, hubungan yang baik bisa terjalin dari bagaimana jalinan komunikasi yang baik pula, itu seperti hal yang tak bisa lagi untuk dipungkiri. Dan, salah satu cara untuk mendekatkan jarak yang nyata pun adalah dengan berkomunikasi.

Mungkin bertertima kasih pada canggihnya teknologi perlu dilakukan, pasalnya di masa yang begitu kekinian banyak media yang bisa dijadikan jembatan untuk bertukar pandang dan cerita dari kejauhan. Memiliki jadwal rutin untuk berkomunikasi bisa jadi dilakukan, ya, meski jauh tapi tak ada alasan untuk tak saling menguatkan.

4. Sendirian sekarang tidak membuatmu kehilangan status sebagai suami atau istri. Harusnya kamu tidak merasa sepi

Supaya mandiri.

Supaya mandiri. via www.stylelist.com

Jika sendiri selalu dihubungkan dengan sepi, maka itu tak akan berarti lagi. Justru kini sendirilah yang perlu dinikmati untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Sebab, belajar mandiri bisa dimulai dari hari-hari yang harus dijalani dengan sendiri. Ya, sendiri akan menjadikan pribadi yang tak akan kenal dengan manja lagi dan lagi.

5. Hidup yang nyaman dan mapan perlu diperjuangan. Dalam kamus kalian sayangnya harus ada jarak dan perpisahan

Kerja keras demi hari yang lebih bahagia.

Kerja keras demi hari yang lebih bahagia. via www.shortday.in

Keinginan untuk menikah yang sudah terwujud pun pada nyatanya tak memberhentikan banyak hal yang menanti di masa depan. Termasuk juga bahagia yang menanti di ujung jalan. Perlu banyak usaha dan perjuangan yang dilakukan agar berbagai persimpangan dan kehidupan yang mapan bisa dijumpai segera di masa depan, tentu bersama dia yang sudah bisa disebut sebagai sejatinya pasangan. Anggaplah semua kerja keras dan usaha yang membuat berjauhan ini sebagai media untuk melengkapi kebahagiaan di masa depan.

6. Akan ada masa kamu bosan melihat wajahnya. Susah tidur diganggu dengkurnya. Sebab itu, perpisahan ini mestinya bisa dinikmati saja

Semua akan indah pada waktunya.

Semua akan indah pada waktunya. via www.rd.com

Mengingat terus tujuan yang ingin dicapai bersama seperti menjadi sebuah keharusan untuk dilakukan. Sebab, dengan begitu tidak akan ada kata lelah dan tak akan ada keputusan untuk berhenti di tengah jalan. Semua akan terasa normal berjalan, sampai pada titik di mana tujuan itu tercapai dan tak lagi sebatas pada harapan. Saat itu pun akan menjadi momen di mana kata bahagia pun tak akan cukup untuk menggambarkan.

Akan jadi berat memang kalau semua hanya sebatas dirasakan. Semua perlu dijalani dengan ikhlas dan penuh ketabahan, sembari meyakini kalau pelangi akan muncul setelah hujan. Sebab, tak ada yang akan jadi sia-sia dari sebuah usaha dan perjuangan. Kita hanya perlu waktu lebih untuk saling mendewasakan. 🙂

Suka artikel ini? Yuk follow Hipwee di mig.me!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penyuka kuning dan Kamu.

CLOSE