Kau bilang Cinta, Tapi Membodohi Diri Sendiri. Cinta Tak Sebejat Itu, Kawan

Masa lalu merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindarkan. Setiap orang memiliki cara tersendiri mengukir sebuah waktu. Lama, butuh waktu yang lama untuk menyaksikan ukiran itu. Sampai tibalah sesuatu yang disebut kenangan. Indah, ataukah buruk?

Hidup merupakan pilihan, namun memilih sesuatu yang salah secara berulang kali merupakan kebodohan. Jangan berlebihan. Itu adalah kunci dalam menjalani hidup. Bahkan Allah sudah mengatakan bahwa "….. janganlah berlebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai sesuatu yang berlebihan, Al- A'raf. 31". Pun demikian, barangkali dengan Agama saudara-saudaraku yang lain mengatur hal serupa berdasarkan konteks yang berbeda.

Lalu bagaimana dengan mencintai seseorang secara berlebihan. Jelas juga tidak boleh, terlebih sampai melampaui cinta kepada Rabb. Tidak perlu diperjelas lagi panjang lebar. Dalam kehidupan, kenangan buruk bukan merupakan sesuatu yang harus dimusuhi, dihindari, disesali. Memusuhi, menghindari, menyesali boleh boleh saja, namun yang lebih penting dari itu adalah bagaimana belajar dari pengalaman itu.

Sebut saja pernah mencintai seseorang. Mencintai sesama manusia memanglah sesuatu yang wajar, selama tidak melampaui cinta kepada Allah. Termasuk mencintai kedua orang tua, tidak diperkenankan melebihi cinta kepada Allah. Terlebih cinta kepada kekasih (orang asing) yang mana tidak mempunyai hubungan darah sama sekali. Sebagai anak muda, sedikit lumrah hal yang demikian, lelaki mengatakan cinta kepada perempuan, pun sebaliknya. Lalu dengan cinta itu ia mengatakan "rela melakukan ini, itu". Sekali lagi mereka mengatasnamakan cinta. Entahlah, bisa saya pastikan bila saja Cinta hidup seperti di AADC, pastilah cinta akan marah sebab mengatasnamakan dirinya secara berlebihan dan tidak sesuai dengan kadar yang ditetapkan.

"kau bilang cinta, tapi kau membodohi diri sendiri. Cinta tak sebejat itu kawan"

Sekarang, setidaknya kau patut bersyukur sudah tersadar bahwa dahulu pernah bodoh demi seseorang. lalu apakah patut membenci? Tidak ada alasan untuk mu membenci apalagi dengan alasan kenangan masa lalu. Bersyukurlah, masa lalu akan mengajarkan masa depan. Pelajaran selanjutnya jangan berlebihan dalam menikmati masa sekarang, atau kau akan merasakan hal yang sama di masa yang akan mendatang.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Lelaki melayu kelahiran Padang Keladi, Pongok. Terlahir sebagai duta ramah sedunia melalui namanya yang merupakan pemberian buyutnya. Hobinya ada menulis, seperti status dll di sosial media. Sekali lagi ia hanya lelaki biasa, bahkan biasa banget,