Briket dalam Kamar Kosong, Kisah Pilu di Balik Cara Jonghyun Shinee Memilih Tinggalkan Dunia Ini

Anggota grup K-Pop, Shinee, Kim Jong Hyun baru saja ditemukan meninggal dunia.

Advertisement

Semua penggemar musik Korea di seluruh dunianya pasti sempat berharap bahwa headline yang memenuhi pemberitaan sore kemarin ini hanyalah hoax semata. Tapi sayangnya konfirmasi dari pihak kepolisian dan perusahaan tempat Shinee bernaung, S.M Entertainment, tidak lama setelahnya, membenarkan kabar duka tersebut. Jong Hyun yang baru berusia 27 tahun — atau 28 dalam hitungan umur Korea, ditemukan meninggal dunia di sebuah apartemen rental di Seoul (18/12). Sekitar 2 jam setelah kakak kandungnya melaporkan adiknya hilang sehabis mengirimkan pesan yang terdengar seperti salam perpisahan.

Kekhawatiran tersebut sayangnya jadi kenyataan ketika Jong Hyun ditemukan dalam keadaan tewas dengan briket batu bara menyala di sampingnya. Kisah pilu ini menambah daftar panjang kasus bunuh diri serupa di Korea Selatan. Bahkan secara spesifik sebuah data menunjukkan bagaimana angka bunuh diri dengan metode ini di Korsel meningkat sejak tahun 2006. Kira-kira ada apa gerangan ya? Simak cerita selengkapnya bareng Hipwee News & Feature…

Sang artis yang terkenal perfeksionis ini mungkin akhirnya kalah dengan tekanan hidup. Bahkan ketika lagu-lagu ciptaannya bisa menjadi remedi buat orang lain, ternyata dirinya justru gagal menyembuhkan diri

Salah satu adegan music video untuk lagunya yang berjudul ‘Lonely’ via soompi.com

Depresi bisa jadi salah satu penyakit paling mematikan yang menghantui generasi ini. Pasalnya, tidak ada tanda-tanda umum atau obat yang bisa benar-benar menyembuhkan semua orang. Masih ingatkah postingan istri almarhum vokalis Linkin Park, Chester Bennington, dengan wajah Chester tersenyum bahagia hanya beberapa hari sebelum dia akhirnya menggantung diri? Depresi itu tampaknya tidak memiliki ‘muka’ dan perjuangan yang hanya bisa dimengerti oleh penderitanya sendiri.

Advertisement

Bahkan untuk Jong Hyun yang baru beberapa hari sebelumnya menyelenggarakan konser dan menjalani jadwal seperti biasa. Baru setelah kematiannya, fans-fans sepertinya baru tersadar akan kemungkinan terdapat pesan atau makna tersembunyi dari lagu-lagu sedihnya seperti ‘Lonely’. Satu-satunya pesan gamblang yang ditinggalkan Jong Hyun adalah pesan singkat pada kakaknya di saat-saat terakhir hidupnya.

“Biarkan saya pergi. Katakan kalau saya sudah melakukan yang terbaik, salam perpisahan terakhir.” (Pesan terakhir Jonghyun pada sang kakak sebelum meninggal, dilansir CNN dari Yonhap ).

Masih dianggap tabu, isu kesehatan mental seperti depresi masih banyak nggak dihiraukan oleh masyarakat Korsel. Angka bunuh diri yang tinggi cuma dihadapi sebatas di permukaan, bukan akarnya

Advertisement

Ada banyak cara inovatif menekan angka bunuh diri tapi stigma sosial soal penyakit mental masih sangat negatif via koreajoongangdaily.com

Secara umum angka bunuh diri di Korsel memang tergolong tinggi. Kalau di rata-rata, setiap jamnya ada 1,8 orang yang bunuh diri di sana. Bunuh diri kayak udah jadi “budaya” populer dan banyak dijadikan jalan pintas bagi mereka yang stress dan depresi. Nggak cuma dilakukan oleh mereka yang berasal dari kalangan selebriti, tapi juga masyarakat dari kalangan biasa.

Dari kasus Jong Hyun, mungkin banyak yang masih awam sama cara yang dipakainya untuk mengakhiri hidup. Padahal menghirup gas monoksida yang berasal dari pembakaran briket batubara atau arang udah mulai banyak diminati sejak 11 tahun silam lho. Berdasarkan sebuah penelitian , pada 2006 jumlahnya masih 34 kasus. Tapi tahun 2012 angka itu melonjak jadi 1.125 kasus! Ini baru satu metode aja ya, belum metode lain.

Dan masih berdasarkan penelitian yang sama, ternyata orang-orang yang memilih cara ini justru yang berpendidikan tinggi dan tinggal di perkotaan! Mayoritas juga didominasi laki-laki yang berusia di bawah 50 tahun. Nggak nyangka ya, padahal Korsel dipandang sebagai negara yang cukup maju dan kaya, apalagi kalau melihat pesatnya perkembangan industri kreatifnya. Depresi memang nggak bisa dipandang sebelah mata!

Ada beberapa alasan kenapa menghirup monoksida ini jadi cara yang banyak diminati. Ternyata salah satunya justru karena pemberitaan media yang berlebihan lho

Kematian Ahn Jae-hwan yang banyak diberitakan media di Korsel via www.dramabeans.com

Masih ingat nggak sama kasus kematian aktor Korsel, Ahn Jae-Hwan, yang bunuh diri dengan membakar briket batubara di dalam mobilnya pada September 2008? Ternyata karena peristiwa itu jadi banyak orang Korsel yang “terinspirasi” sama cara aktor itu mengakhiri hidup. Ini bikin jumlahnya jadi meningkat pesat sampai sekarang. Tahu nggak, ternyata ini juga ada hubungannya sama pemberitaan di media Korsel lho. Menurut penelitian sih, pemberitaan terus menerus itu malah kayak meyakinkan orang lain pakai cara serupa. Belum lagi akses buat mendapatkan briket batubara itu tergolong gampang. Soalnya batubara di sana juga masih banyak dipakai buat kehidupan sehari-hari.

Ada juga kasus lain yang terjadi 2005 lalu. Lee Eun-ju , aktris Korsel yang wajahnya banyak menghiasi televisi, mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Berita kematiannya disebarkan secara luas sama surat kabar, televisi, dan radio di Korsel. Bahkan nggak sedikit juga yang menjelaskan detail cara ia bunuh diri. Ya nggak kaget kalau itu malah makin mendorong orang yang pengen bunuh diri untuk segera “beraksi”.

Selain membakar briket batubara, ternyata banyak juga mereka yang memilih cara lain untuk mengakhiri hidup. Duh, kok makin macam-macam ya..

Banyaknya kasus bunuh diri di Korsel udah bukan “lagu lama” lagi. Bahkan sejak tahun 50-an, cara itu banyak dipilih untuk mengakhiri penderitaan. Iya, sekalipun mereka kaya, mereka tetap nggak bisa menghindar dari tuntutan hidup tinggi atau kegelisahan mendalam. Ujung-ujungnya depresi, terus bunuh diri. Ada juga yang punya kepercayaan sama teori reinkarnasi. Dengan mengakhiri hidup, mereka percaya kalau nanti bakal hidup kembali dengan pribadi yang lebih baik.

Sebelum “tren” bunuh diri pakai gas monoksida, orang-orang Korsel banyak memilih bunuh diri dengan menenggak racun pestisida. Tapi cara itu mulai banyak ditinggalkan. Sekarang ini selain pakai gas monoksida,  banyak yang masih memilih gantung diri dan lompat dari tempat tinggi.

Kasus bunuh diri di Korsel sudah sampai di tahap memprihatinkan. Masalah ini nggak cuma butuh penanganan dari pemerintah, tapi juga masyarakat khususnya keluarga yang anggotanya terindikasi depresi. Biar gimanapun, dukungan dari orang-orang terdekat bisa jadi kekuatan tersendiri bagi mereka yang berpikiran untuk mengakhiri hidup. Semoga kematian Jonghyun bisa jadi pelajaran bagi semua orang untuk tetap berpikir positif, apapun yang terjadi ya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

CLOSE