Pengakuan Mengejutkan Wanita Pembakar Suami dan Anak di Sukabumi: Terpengaruh dari Sinetron

Wanita bakar suami dan anak

Bulan Agustus lalu, masyarakat Sukabumi dikagetkan dengan penemuan dua jasad manusia dalam sebuah mobil yang terbakar habis. Setelah proses evakuasi dilakukan, terungkap kalau jenazah malang itu adalah bapak dan anak bernama Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili dan M Adi Pradana alias Dana. Nyawa keduanya melayang di tangan wanita yang bernama Aulia Kesuma, yang notabene adalah istri Pupung dan ibu tiri Dana.

Advertisement

Aulia yang merupakan otak pembunuhan keji itu, menyewa jasa 4 pembunuh bayaran untuk menghabisi nyawa Pupung dan Dana. Ia juga yang membuat skenario seolah-olah kedua korban itu mengalami kecelakaan dan mobilnya jatuh ke jurang. Tapi, entah kurang latihan atau gimana, semua rencananya nggak berjalan dengan mulus. Belum lama, Aulia membuat pengakuan mengejutkan lain. Katanya, rencana pembunuhannya itu terpengaruh sinetron!

Publik tak henti-hentinya mengutuk perbuatan jahat Aulia Kesuma kepada suami dan anak tirinya. Nggak hanya membunuh, ia juga membakar jasad keduanya dengan maksud menghilangkan jejak

Mobil yang dibakar Aulia bersama jasad suami dan anaknya via www.grid.id

Bulan Agustus lalu, publik dikejutkan dengan peristiwa pembunuhan keji yang dirancang seorang wanita untuk suami dan anak tirinya. Aulia Kesuma, otak pembunuhan itu menyewa pembunuh bayaran dan mengiming-imingi para eksekutor itu dengan uang Rp500 juta. Motif pembunuhan itu kabarnya karena Aulia ingin menguasai harta suaminya untuk membayar utang Rp10 miliar.

Tapi sayang, rencana Aulia membakar jasad suami dan anaknya di dalam mobil dan mendorong mobil itu ke jurang, demi menghilangkan jejak, kurang berjalan mulus. Anak kandung Aulia yang bernama Geovani Kelvin yang ikut membantunya, malah kena percikan api dan menderita luka bakar. Sedang dua diantara 4 eksekutor –Kusmawanto Agus dan Muhammad Nur Sahid– telah berhasil ditangkap polisi di Lampung, Selasa 27 Agustus lalu.

Advertisement

Sampai sekarang, polisi masih terus mendalami kasus ini. Baru-baru ini, Aulia dipertemukan dengan para wartawan di Kepolisian Daerah Metro Jaya untuk melakukan konferensi pers

Aulia saat membuat pengakuan mengejutkan via megapolitan.kompas.com

Selasa, 3 September kemarin, Aulia melakukan jumpa pers di Kepolisian Daerah Metro Jaya. Di sana Aulia membuat pernyataan dan pengakuan, yang setiap perkataannya rasanya mampu membuat siapapun bertanya-tanya: kok bisa sih melakukan perbuatan sejahat itu?? Bahkan ia mengaku sempat mengucap ‘alhamdulillah’ saat berhasil membunuh kedua korban!

Tapi ada satu pengakuan Aulia yang semakin bikin kita nggak habis pikir. Katanya, seperti dilansir dari Detik , rencana pembunuhan atau skenario Aulia itu terinspirasi dari sinetron! Awalnya, Aulia bermaksud membakar dua jasad korbannya di dalam rumah, tapi rencana itu gagal. Di tengah situasi terjepit, Aulia akhirnya memutuskan buat membawa korbannya ke suatu tempat untuk kemudian dibakar di dalam mobil lalu mobilnya didorong masuk jurang. Namun lagi-lagi rencananya berantakan setelah anaknya sendiri ikut terbakar, yang membuatnya harus dirawat di RS sampai saat ini.

Karma does exist ya…

Advertisement

Inspirasi tindak kejahatan yang muncul dari tayangan TV itu semakin diperkuat dengan pendapat psikolog, bahwa kebanyakan nonton adegan kekerasan bisa berakibat tumpulnya empati

Tayangan kekerasan menumpulkan empati via www.viva.co.id

Orang yang sering terpapar adegan-adegan kekerasan, kejahatan, atau kebencian di layar kaca, lambat laun rasa empatinya bisa berkurang, seperti dilansir Detik Health . Fakta itu diungkapkan oleh Indra Kusumah S.Psi., M.Si., CHt, Humas Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Bandung.

Kekerasan jadi dianggap sebagai sesuatu yang biasa aja. Terlebih bagi remaja dan anak-anak, mereka akan menganggap kekerasan jadi salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan suatu masalah. Mereka jadi tidak peka dengan penderitaan orang lain. Sedih banget, ‘kan…

Sebenarnya, miris juga ketika menyadari kalau pengaruh sinetron ternyata sekuat itu. Seharusnya pengakuan Aulia bisa jadi pembelajaran bagi produser untuk berhenti membuat tayangan yang bisa menginspirasi penonton melakukan tindak kejahatan

Tayangan kekerasan picu perilaku agresif via hellosehat.com

Tanggung jawab membuat tayangan yang mengedukasi, memang tidak hanya bisa dibebankan pada para produser atau pembuat sinetron aja, melainkan juga pemerintah, dalam hal ini KPI, Kominfo, dan sederet lembaga terkait. Namun, setidaknya produser atau rumah-rumah produksi bisa mengambil langkah pertama dengan menghentikan tayangan-tayangan nggak mutu di layar kaca, tentunya dengan berkaca dari kasus Aulia di atas.

Saat dihubungi Kumparan , Wakil Ketua KPI, Mulyo Hadi Purnomo, mengaku akan memberi sanksi kepada sinetron yang menampilkan adegan kekerasan. Keputusan ini sebagai imbas dari pengakuan Aulia di atas. Tapi ngomong-ngomong, kok baru dipertegas sekarang ya? Terus gimana tuh sama sinetron-sinetron azab yang juga berdampak pada pembodohan publik?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

Editor

An amateur writer.

CLOSE