Sesuatu yang belum dimiliki seringkali tampak lebih indah daripada setelah memilikinya. Tak terkecuali dengan bertemunya jodoh dalam pernikahan. Kelihatannya enak dan selalu bahagia. Hal ini semakin diperkuat dengan berbagai status yang mengompori para lajang untuk segera menikah. Ya iyalah, biasanya yang di-posting kan pengantin baru. Masih penuh dengan hal-hal yang indah.
Sudah hukum dunia, siapa yang masih hidup pasti punya masalah. Baik lajang atau sudah menikah ada jatahnya sendiri. Tidak benar bahwa menikah berarti merdeka dari segala masalah. Mengapa?
1. Pernikahan Belum Tentu Membahagiakan
"Memangnya kenapa kalau sudah nikah? Nikah juga belum tentu bahagia." Begitu kata seorang kenalan yang rumah tangganya kurang harmonis.
Banyak orang menikah dengan harapan dibahagiakan pasangannya. Namun, ketika kita meletakkan kebahagiaan pada faktor luar siap-siap saja kecewa. Karena kita tidak punya kendali atas hal itu.
2. Kapan Punya Anak?
Lepas dari pertanyaan "Kapan nikah" masih ada pertanyaan-pertanyaan lain. Misalnya, "kapan punya anak?"
3. Kalian Berasal dari "Alam" yang Berbeda
Suami dan istri adalah dua pribadi yang berbeda. Berbeda gender, sifat, latar belakang keluarga, dan sebagainya. Bayangkan orangtua, saudara, sahabat, atau orang-orang dekat lainnya; secocok apa sih kita dengan mereka?
Padahal kita sudah bersama mereka bertahun-tahun. Apalagi dengan pasangan, tentu membutuhkan penyesuaian-penyesuaian.
4. Lupakan "Perbudakan"
Ada wanita yang berpikir tentang enak-enakan di rumah, tinggal terima gaji suami. Ada juga pria yang berpikir istri adalah pelayannya. Rumah tangga yang seperti itu biasanya kurang harmonis.
Pernikahan bukanlah ajang penindasan terhadap pasangan, tetapi tentang kerja sama. Masing-masing pihak memiliki hak dan kewajiban yang harus dihormati dan dipenuhi. Suami istri adalah partner. Kesadaran tentang itulah yang bisa menimbulkan cinta dan ketahanan rumah tangga.
5. Masalah Semakin Kompleks
Memang masalah mungkin bisa diselesaikan oleh dua kepala (suami dan istri), tetapi sekaligus semakin kompleks. Yang tadinya hanya masalah diri sendiri, ketambahan masalah pasangan, dan masalah kita (masalah bersama). Bahkan, kadang-kadang pasangan sendirilah masalahnya. Orang tidak selalu "manis", bukan?
6. Mendapat Rutinitas Baru
Setelah menikah peran wanita akan bertambah, yaitu sebagai istri dan ibu. Peran pria juga bertambah, yaitu sebagai suami dan ayah. Mungkin akan memerlukan penyesuaian pada beberapa aktivitas harian.
7. Kebebasan Lebih Terbatas
Bila sebelum menikah kita bebas beraktivitas apa saja dan dengan siapa saja, setelah menikah harus lebih selektif. Dengan waktu yang tetap, tanggung jawab semakin bertambah. Belum lagi jika posisinya sebagai istri, maka membutuhkan izin suami pula dalam aktivitasnya.
Penderitaan akan bertambah apabila ternyata kita salah memilih pasangan. Bisa-bisa serasa dalam penjara. Bahkan, ada pula yang sampai "kehilangan dirinya" karena begitu didominasi pasangannya.
8. Menurunnya Kadar Cinta
Secara alami hormon cinta akan semakin menurun.
Hal-hal manis seringkali dilakukan saat PDKT saja. Sementara bila sudah menikah dianggap sudah didapatkan, sehingga merasa tak perlu lagi ada perlakuan-perlakuan istimewa. Kadang-kadang malah bisa muncul perasaan "dulu saya berinvestasi banyak untuk mendapatkan kamu, sekarang gantian."
Di saat bersamaan, menikah membuat kita semakin mengenal pasangan. Termasuk kejelekannya.
Nah, pasangan yang tidak merawat cinta mereka terancam akan kehilangannya.
9. Terkadang Terjadi "Barter"
Manusia cenderung suka pamrih. Setelah melakukan sesuatu bisa saja pasangan minta barter. "Aku sudah melakukan ‘ini’ untukmu, masa kamu nggak mau melakukan ‘itu’ untukku."
10. Masalah Anak Tidak Sederhana
Segala hal tentang anak tidaklah sederhana. Baik itu mengandung, melahirkan, menyusui, atau membesarkannya. Lucu sih tapi sekaligus jadi masalah. Bisa membuat kurang tidur, capek, bosan, butuh uang lebih, dan sebagainya.
11. Jangan Lupakan "Paket Lengkapnya"
Terkadang kita sudah pas banget sama suami atau istri, tapi masalah datang dari keluarga atau keluarga besar pasangan.
12. Rumput Tetangga Lebih Hijau
Di luar sana, ada banyak sekali orang yang lebih ini itu dari pasangan kita. Apalagi jika di rumah, biasanya pasangan tampil seadanya. Kerennya hanya saat acara di luar. Ditambah kita sudah mengetahui sifat maupun kekurangannya, sehingga mungkin menurunkan kekaguman kita sebelumnya.
Tantangannya adalah jika memang rumput tetangga lebih hijau, bisakah kita memandang apa yang di rumah kita lebih baik?
"Alah cuma rumput. Di halamanku malah tumbuh bunga indah."
Bisa, tidak?
13. Terus Berusaha Menjadi Tim yang Solid
Setiap rumah tangga memiliki peraturan atau kesepakatan tersendiri. Jika suami istri tidak kompak pihak luar akan mudah ikut campur. Tulisan ini bukan untuk menakut-nakuti orang yang akan menikah. Hanya saja, jangan gunakan menikah sebagai pelarian.
Menikah bukan berarti sudah merdeka. Iya sih merdeka dari pertanyaan "Kapan nikah?", tapi kemudian akan bertemu 13 tantangan di atas. #MerdekaTapi
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”