5 Cara Awasi Pergaulan Anak

Penting buat pahami ilmu parenting dan pegaulan anak

Cara awasi pergaulan anak dapat dilakukan orang tua melalui berbagai metode. Pergaulan anak harus diawasi supaya tidak salah jalan. Berbagai akibat bisa terjadi jika anak salah jalan dalam pergaulan. Pada akhirnya akan membuat repot orang tua dikemudian hari.

Sebagai orang tua yang mendapat amanah untuk menjaga dan mengawasi kedua keponakan, Saya rajin mempelajari ilmu parenting tentang pengasuhan anak. Secara tidak langsung Saya berperan sebagai orang tua pengganti untuk kedua keponakan saya tersebut. 

Adapun kedua orang tua kandung dari keponakan tersebut kebetulan sedang bekerja di luar negeri. Karena situasi yang belum memungkinkan maka kedua anak mereka dititipkan kepada Saya.

Kedua Keponakan Saya masih duduk dibangku sekolah dasar. Kakaknya berusia 11 tahun dan sang adik berusia 7 tahun. Kedua keponakan saya berjenis kelamin laki-laki. Bisa dibayangkan bagaimana kedua keponakan Saya sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. 

Masalahnya pergaulan anak-anak di luar rumah tidak bisa dipantau setiap saat. Khususnya jika anak-anak sedang belajar di sekolah atau sedang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tambahan di luar rumah.

Kedua keponakan Saya mempunyai waktu berkegiatan di luar rumah mulai dari jam 07.00 sampai jam 16.00. Setelah waktu sekolah selesai mereka mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti olah raga taekwondo, belajar musik, sampai belajar mengaji. 

Mendampingi anak usia sekolah pastinya diliputi rasa was-was. Untuk itu Saya secara rutin mempelajari teori parenting tentang pola pengasuhan anak.

Untuk mengawasi pergaulan anak maka Saya menerapkan tips dari teori parenting yang disesuaikan dengan kondisi kedua keponakan. Berikut pengalaman menerapkan teori parenting untuk mengawasi pergaulan anak.

Advertisement

1. Menjadi pendengar yang baik

Menjadi pendengar yang baik | foto oleh Pexels

Menjadi pendengar yang baik | foto oleh Pexels via https://www.pexels.com

Seperti manusia dewasa, anak juga mempunyai keluhan dalam hidupnya. Keluhan tersebut biasanya tidak jauh dari sikap orang lain yang membuat anak tidak nyaman. 

Tempat seorang anak berkeluh kesah adalah orang dewasa terdekatnya. Sebagai tante dari kedua keponakan maka Saya berusaha menjadi teman diskusi dan pendengar yang baik. 

Advertisement

Sambil melakukan makan malam biasanya Saya menanyakan kegiatan selama di sekolah. Kedua keponakan Saya selalu antusias menceritakan kegiatan di sekolah dan tempat ekstrakurikuler. 

Saat mereka bercerita Saya mendengarkan dengan penuh perhatian. Biasanya selesai mereka bercerita, Saya akan memberikan tanggapan.

Kebiasaan orang dewasa menjadi pendengar yang baik bisa menciptakan hubungan yang harmonis dengan anak. Pada tahapan selanjutnya anak menjadi lebih terbuka terhadap segala permasalahannya sehingga orang tua bisa mengerti kondisi psikis dan fisik anak yang sebenarnya. 

Advertisement

2. Konsisten dengan peraturan yang dibuat

Mentaati peraturan yang disepakati bersama | foto oleh Pexels

Mentaati peraturan yang disepakati bersama | foto oleh Pexels via https://www.pexels.com

Setiap keluarga biasanya mempunyai peraturan bersama yang disepakati. Sebagai tante dari kedua keponakan, Saya menerapkan peraturan bersama yaitu saat sedang makan malam di meja makan, tidak boleh membawa handphone. 

Peraturan ini juga berlaku untuk Saya pribadi dan anggota keluarga lainnya. Alasan yang ada pada peraturan ini supaya terdapat hubungan yang akrab sesama anggota keluarga. Pada waktu makan malam bisa dijadikan ajang diskusi serta mencari solusi bersama jika ada persoalan. 

3. Mengenal teman sepermainan anak

Teman anak bermain | foto oleh Pexels

Teman anak bermain | foto oleh Pexels via https://www.pexels.com

Seperti anak-anak pada umumnya, kedua keponakan mempunyai teman-teman sepermainan. Sebagai tantenya, Saya berupaya mengenal teman sepermainan kedua keponakan. 

Tujuannya supaya jika ada kegiatan di luar rumah dan keponakan tidak bisa dihubungi maka Saya bisa mencari informasi kepada teman-teman terdekat keponakan. Selain mengenal teman dekat keponakan, Saya juga berupaya mengetahui nomor kontak, nama orang tua, dan tempat tinggal teman-teman keponakan. 

Jika teman-teman keponakan main ke rumah maka Saya biasanya akan menjamu mereka dengan kudapan ringan sembari beramah-tamah. Hal ini Saya lakukan supaya lebih mengenal karakter dari teman-teman sepermainan keponakan.

4. Tidak mudah menyalahkan anak

Mendidik anak | foto oleh Pexels

Mendidik anak | foto oleh Pexels via https://www.pexels.com

Seperti orang dewasa pada umumnya, kedua keponakan yang masih anak-anak juga mempunyai ego tentang diri sendiri. Anak cenderung tidak mau disalahkan terhadap kegagalan yang mereka lakukan. 

Misalnya anak tidak berhasil mengerjakan ujian sehingga berakibat mendapat nilai kurang baik. Pada kejadian seperti ini sebaiknya tidak langsung menyalahkan anak secara langsung. 

Sebagai orang dewasa ada baiknya Kita mengajak anak berdiskusi sembari mencari pokok permasalahan. Setelahnya baru bisa diadakan diskusi untuk mendapat solusi terbaik.

5. Menjadi sahabat bagi anak

Menjadi sahabat anak | foto oleh Pexels

Menjadi sahabat anak | foto oleh Pexels via https://www.pexels.com

Menjadi sahabat anak tidak berarti orang dewasa memantau kegiatan anak selama 24 jam. Orang dewasa dapat aktif menjadi sahabat anak menggunakan saluran akun media sosial.

Jika anak mempunyai akun sosial media seperti Instagram atau Twitter maka orang tua bisa ikut menjadi followers anak. 

Supaya anak tidak merasa dimata-matai maka orang tua cukup memantau jenis unggahan konten anak, mengawasi interaksi anak terhadap followers-nya dan memantau konten apa saja yang diikuti anak. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Blogger Lifestyle, hobi kuliner dan traveling. Senang menulis dan membaca.

CLOSE