Meski Terkesan Positif, 5 Kalimat Ini Berpotensi Jadi Toxic Positivity. Kurang-kurangi deh~

Ciri kalimat toxic positivity

Toxic positivity sudah sering kali kita temui dalam kehidupan kita sehari-hari. Hal tersebut ditandai dengan kata-kata penyemangat yang selalu diucapkan orang-orang di sekitar kita. Tanpa kita sadari sesungguhnya kata-kata penyemangat tersebut malah menyengat kita. Dalam unggahannya Dr. Jiemi Ardian di media sosial Twitter ia mengatakan bahwa sesungguhnya seseorang lebih membutuhkan empati ketimbang positivisme. Mereka butuh dimengerti dan juga didengarkan.

Berikut merupakan contoh perbedaan dari empati dan toxic positivity. Biar kamu lebih mengenali ciri kalimat toxic positivity!

Advertisement

1. Menyerah itu pun terkadang baik vs jangan menyerah

Artwork by Alba Galocha

Artwork by Alba Galocha via https://i.pinimg.com

Kalimat jangan menyerah tampaknya menjadi hal yang sangat besar. Banyak orang yang dengan mudahnya mengatakan “jangan menyerah” kepada kita yang sedang bersedih atau kecewa akan suatu hal.

Memang kata-kata tersebut merupakan kalimat yang positif, tetapi terdapat sebagian orang yang sudah merasa jenuh mendengar hal tersebut. Tapi apabila kita memang ber-empati dengan orang yang sedang merasakan kesedihan atau kekecewaan maka akan lebih baik apabila kita mengatakan Menyerah pun terkadang baik.

Advertisement

Dengan hal ini kita juga bisa membantu mereka untuk melihat hal baru di depan sana dan belajar untuk merelakan suatu hal yang tidak bisa diraihnya.

2. Terkadang sesuatu yang terjadi tidak seperti yang diharapkan vs tetap positif

Artwork by Alba Galocha

Artwork by Alba Galocha via https://id.pinterest.com

Semua yang terjadi dalam hidup ini belum tentu akan berjalan sesuai dengan apa yang sudah kita rancang. Kita pasti akan melewati masa-masa yang buruk dan menyedihkan dalam hidup. Ada yang bisa bertahan saat melalui masa kelamnya, ada juga yang akhirnya memilih untuk mengakhiri hidupnya karena merasa sangat terbebani.

Dari hal-hal ini mengajarkan kita terkadang saat melihat teman atau kerabat atau orang di dekat kita yang sedang terpuruk kita tidak bisa hanya mengatakan tetap positif! karena rasa sabar seseorang pasti ada batasnya. Maka dari itu saat kita menemui kejadian seperti ini alangkah baiknya apabila kita mengajaknya untuk merelakan semua yang tidak berjalan sesuai dengan rencananya dan mencari sisi baik dari semua ini.

Advertisement

3. Saya mencoba memahami vs di di luar sana masih banyak yang kurang beruntung

Artwork by Alba Galocha

Artwork by Alba Galocha via https://id.pinterest.com

Semua insan di bumi ini hanya ingin dipahami atau dimengerti. Ada kalanya kita hanya ingin seseorang mau mendengarkan cerita kita dengan tulus. Memberi semangat dengan mengatakan “Diluar sana masih banyak yang kurang beruntung” belum tentu dapat menyemangati diri kita sendiri. Bisa saja itu memicu kita berpikir bahwa kamu tidak paham atau mengerti cerita yang diceritakan.

Maka dari itu saat melihat teman yang sedang menceritakan cerita sedihnya akan lebih baik saat kita mendengarkan dengan tenang dan memahaminya. Bahkan teman tersebut akan merasa lebih lega ketika kita juga ikut membuka cerita yang melukai kita sehingga dia merasa bahwa bukan hanya dirinya yang terluka di dunia ini, tetapi kita semua juga mempunya luka masing-masing.

4. Wajar kita merasa kecewa vs kamu kurang bersyukur

Artwork by Oscar Mondadori

Artwork by Oscar Mondadori via https://id.pinterest.com

Kalimat ini sering kali dilontarkan bahkan oleh keluarga kita sendiri. Kata-kata ini tanpa disadari bisa menusuk kita dan membuat kita menjadi terpuruk dalam kesedihan yang berkepanjangan. Maka dari itu terkadang saat kita merasa sedih bukan berarti kita tidak bersyukur tetapi kita hanya ingin meluapkan rasa sedih yang ada di hati.

5. Yang sebenarnya kita butuhkan

Jadi, apa yang sebenarnya kita butuhkan adalah empati. Terkadang kata-kata penyemangat itu malah membuat kita terpuruk dalam kesedihan. Kita harus berhenti untuk memaksakan diri dengan selalu berpikir positif, karena memiliki pikiran negatif itu baik. Hidup ini harus dipenuhi dengan keseimbangan bagaikan hitam dan putih.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE