Akankah Bonus Demografis Menjadi Petaka di Indonesia?

Bonus demografi yang akan berlangsung hingga 2030 ke depan, adalah potensi peluang sekaligus potensi bencana.

Indonesia tengah memasuki masa Bonus Demografi dimana jumlah penduduk usia produktif yakni 15- 64 tahun keatas akan lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk usia tidak produktif yakni berusia 15 tahun kebawah dan 64 tahun keatas. Menurut prediksi komposisi penduduk atau lebih dikenal dengan istilah demografi, sejak tahun 2012 hingga tahun 2031, Indonesia akan menikmati bonus demografi, yaitu kondisi kependudukan yang menguntungkan karena memiliki banyak penduduk usia produktif. Secara matematis, kondisi bonus demografi dinyatakan hadir ketika perbandingan antara penduduk usia produktif (pemuda) dan penduduk usia tidak produktif (anak-anak atau manula) di bawah 50 persen.

Puncak bonus demografi Indonesia diperkirakan terjadi pada  tahun 2028−2031. Jumlah angkatan kerja (15−64 tahun) pada tahun 2020-2030 akan mencapai 70%, sedangkan sisanya, 30%, adalah penduduk yang tidak produktif (di bawah 15 tahun dan diatas 65 tahun). Dalam perkiraan angka riil, penduduk usia produktif akan mencapai sekitar 180 juta, sementara penduduk usia non-produktif hanya 60 juta.  Keuntungan kependudukan atau potensi bonus demografi itu akan hadir sepanjang tahun 1995−2050, dan puncaknya akan terjadi pada tahun 2020−2030. Pada kurun itu, rasio beban populasi anak-anak dan manula terhadap usia produktif berada pada posisi paling menguntungkan. Bonus demografi yang akan berlangsung hingga 2030 ke depan, adalah potensi peluang sekaligus potensi bencana. Jika dimanfaatkan, bonus demografi akan menjadi pendongkrak keberhasilan pembangunan. Namun, jika dibiarkan tanpa penanganan serius, hal yang datang adalah bencana besar.

Ketika bonus demografi mendatang adalah tanpa kesehatan, tanpa pendidikan, tanpa pekerjaan, dan tanpa moral, pastilah kurun bencana yang datang. Namun, jika mereka adalah generasi sehat, terdidik, serta memiliki pekerjaan dan penghasilan besar, dan bermoral, akan datang kemakmuran bagi Indonesia. Kabar gembira bahwa Indonesia akan mendapat bonus demografi dalam waktu yang menguntungkan, tetapi bonus ini malah bisa jadi petaka bahkan kutukan bila kita tidak menangani dengan baik. Dikatakan demikian paling tidak karena dua faktor. Pertama, pemerintah dituntut menyiapkan berbagai kebijakan yang arahnya adalah peningkatan Sumber Daya Manusia yang lebih handal sehingga mampu berdaya saing dan penciptaan lapangan kerja. Kedua, dan ini jauh lebih penting dari kedua alasan sebelumnya, pemerintah dituntut untuk memperkuat sisi karakter generasi bangsa, pemahaman atas sejarah bangsanya minimal dengan memberikan kesempatan yang sama untuk dapat berpendidikan yang lebih tinggi kepada setiap anak bangsa.

Jika kedua faktor tersebut tidak dilakukan, bonus demografi akan menjadi beban pembangunan, negara akan gagal mendapatkan pemimpin yang mengerti atas nasib bangsanya dan bangsa ini hanya akan terjebak menjadi negara konsumen terbesar di dunia dan negara kelas pekerja. Negara-negara maju di Asia seperti Singapura, Korea Selatan, Hong Kong, dan Jepang telah memanfaatkan peluang bonus demografi dengan penguatan dan pembangunan karakter (character building), bukan hanya penyediaan lapangan kerja. Ingat, bonus demografi adalah membludaknya angka usia produktif, bukan karakter produktif. Artinya, usia produktif antara belum tentu diiringi dengan kemampuan karakter produktif.

Atas dasar itu, penguatan sisi karakter anak bangsa adalah sebuah keniscayaan. Lalu, hal apa sajakah yang perlu dipupuk oleh pemuda Indonesia untuk menguatkan karaktrer? Menurut saya, di sinilah para pemuda Indonesia dituntut untuk meneguhkan idealisme, patriotisme, dan spirit of nation. Tidak hanya itu, penguatan pemahaman tentang sejarah bangsa, budaya lokal, saling menghargai perbedaan juga sangat penting dilakukan oleh para pemuda saat ini. Para pemuda Indonesia tidak hanya senantiasa dituntut melakukan upaya-upaya konstruksi intelektualitas dan mentalitas demi menjawab berbagai tantangan kedepan, tetapi juga perlu memahami budaya-budaya lokal, sejarah bangsa, patriotisme, adat istiadat dan juga tata kromo.

Dengan cara itu, pragmatisme dan hedonisme pemuda bisa dihilangkan, perilaku menyimpang di kalangan pemuda yang dapat merugikan masyarakat banyak dapat dicegah. Dan, bonus demografi bisa kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Semoga!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

𝐖𝐨𝐫𝐤 𝐓𝐨𝐠𝐞𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐓𝐨 𝐌𝐚𝐤𝐞 𝐈𝐧𝐝𝐨𝐧𝐞𝐬𝐢𝐚 𝐁𝐞𝐭𝐭𝐞𝐫 𝐈𝐧 𝐅𝐮𝐭𝐮𝐫𝐞