Benarkah Sekolah Online meningkatkan kemalasan siswa Sekolah Dasar

Menyikapi dampak lain dari sekolah online

Sekolah dasar (SD) merupakan tempat untuk pendidikan dasar seorang anak. Di masa inilah anak mengalami proses pembelajaran dan juga proses pembentukkan karakter. Pendidikan ini biasanya ditujukkan untuk anak-anak yang berusia minimal tujuh tahun, dengan syarat mempunyai pemahaman dan kebutuhan pendidikan yang sesuai dengannya. Karena pada dasarnya sekolah dasar diselenggarakan untuk membuat anak memahami dasar pengetahuan dan meningkatkan sikap serta keterampilannya,

Di Sekolah dasar (SD) kegiatan pembelajaran diberikan selama enam tahun, atau selama siswa mampu dalam menguasai materi yang diberikan, sehingga akan memudahannya dalam melanjutkan pendidikannya tersebut. Di tempat inilah para siswa dikondisikan untuk dapat bersikap sebaik-baiknya dan diajarkan untuk memahami dasar-dasar pelajaran. Sekolah dasar (SD) merupakan tempat yang penting untuk para anak-anak untuk mendapatkan pendidikan dasar, karena tanpa pendidikan dasar tentu akan sulit bagi para anak-anak untuk dapat memahami konsep serta materi yang baru pada tingkatan yang lebih tinggi seperti Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Dengan begitu untuk memberikan sebuah pembelajaran yang menarik dan mudah dipahami oleh para siswa merupakan tanggung jawab seorang pengajar ataupun guru. Guru harus dapat memilih metode yang tepat supaya tujuan pembelajaran dapat dengan cepat dan mudah tercapai. Pemilihan metode mengajar harus dipertimbangkan dengan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang diberikan, sehingga akan lebih mudah dalam mencapai tujuan belajar tersebut. Dapat diketahui juga para siswa memiliki kemampuan serta peminatan yang berbeda-beda, maka dari itu seorang guru harus dapat membuat metode yang kreatif serta inovatif agar dapat menjangkau semua siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan baik.

Namun di situasi sekarang ini atau lebih tepatnya di masa pandemi ini, tentunya memilih metode belajar untuk para siswa menjadi sangat terbatas sekali. Seperti yang kita tahu bahwa pemerintah memberikan sebuah kebijakan untuk seluruh instansi pendidikan baik, Paud atau TK (Taman Kanak-kanak) ,Sekolah dasar(SD), sekolah menengah pertama(SMP), sekolah menengah keatas(SMA), maupun Universitas, diwajibkan untuk melakukan pembelajaran secara online. Hal ini  memang cukup sulit bagi pengajar maupun siswa dalam beradaptasi dengan kebiasaan baru tersebut, dimana semua kegiatan pembelajaran dilakukan dirumah masing-masing dengan menggunakan gadget masing-masing.

Dilain sisi, hal tersebut cukup membuat orang tua siswa menjadi khawatir dan merasa keberatan untuk terus menerus anaknya bersekolah secara online. Begitu pun para siswa yang terlihat sudah cukup malas sehingga menjadi tidak semangat dalam melakukan pembelajarannya. Hal tersebut saya alami saat menjadi salah satu instruktur untuk mengajarkan Bahasa inggris kepada siswa SD di SDN Pusakanagara 1, Kab.Subang  . Banyak siswa yang sudah malas untuk melakukan pembelajaran online tersebut dan juga banyak orangtua siswa yang keberatan karena anaknya menjadi bermain smartphone seharian, hal seperti itupun diceritakan oleh salah satu seorang guru atau pengajar di sekolah dasar yang saya abdikan itu, jika memang benar bahwa banyak orang tua siswa yang protes terhadap kebijakan pembelajaran secara daring ini.

Memang hal ini menjadi sebuah dilema tersendiri bagi pihak sekolah, dimana jika mereka mengadakan sekolah offline maka sekolah mereka akan mendapatkan sanksi dari pemerintah karena tidak mematuhi kebijakan yang diberikan, namun jika terus menerus melakukan sekolah secara online, dilain sisi banyak siswa yang menjadi malas serta hilang semangat dan juga protes dari para orangtua siswa yang tidak ada hentinya.

Dengan keadaan yang seperti itu akhirnya pihak sekolah mulai mengadakan metode belajar baru untuk menanggulangi dampak negatif sekolah online. Seperti SDN Pusakanagara1 yang mengadakan 2 metode belajar yaitu, yang pertama adalah membuat beberapa kelompok pada siswa-siswanya, lalu akan mengadakan pembelajaran secara offline, baik dirumah salah-satu siswa maupun guru, sesuai kesepakatan masing-masing. Seperti yang saya alami saat melaksanakan kegiatan PPL saya di SD tersebut, pada siswa kelas 6 tersebut dibagi menjadi 7 kelompok dan tiap kelompok akan melakukan pembelajaran secara offline dengan hari yang berbeda. Dan yang kedua, Melakukan pembelajaran secara online, namun dalam mengatasi para siswanya agar tidak seharian menatap layar smartphone maka pembelajaran secara online cukup berupa pemberian tugas dan sedikit materi saja, walau begitu pembelajaran tetap berjalan sesuai bobotnya masing-masing.

Namun selain metode pembelajaran diatas, saya pun juga turut memberikan kontribusi untuk memunculkan metode pembelajaran yang cukup dapat dipahami oleh siswa tersebut, salah satunya adalah dengan membuat video pembelajaran Bahasa inggris yang kemudian akan dibagikan kepada seluruh siswa. Metode ini cukup efektif, karena pada dasarnya siswa akan mudah mengingat jika diberikan sesuatu dengan visual yang menarik dari pada hanya suara. Walau begitu bagaimana pun seluruh guru serta orang tua sangat berkontribusi dalam mewujudkan metode pembelajaran yang baik, dan juga dapat dipahami serta membuat para siswa untuk semangat dan menumbuhkan antusiasnya dalam belajar.

Sekolah online memang membuat keresahan tersendiri dikalangan orangtua siswa dan juga pihak sekolah, namun walau begitu sekolah online memang harus dilakukan, karena itu merupakan suatu kebijakan pemerintah dalam rangka upaya menekan penyebaran virus covid-19 ini. Di masa pandemi ini memang sekolah dituntut untuk memberikan pendidikan yang baik walau secara online, oleh karena itu dibutuhkan inovasi serta kerja keras dalam membuat suatu metode pembelajaran yang baik demi untuk mewujudkan itu semua.

Sekolah Dasar (SD) sebagai salah satu instansi pendidikan yang cukup terdampak pada kebijakan pemerintah tersebut harus dapat menyelesaikan permasalahan yang ditimbulkan, yang menyangkut pada mentalitas siswa dan juga ketidaksetujuan orang tua siswa menyangkut pembelajaran secara online. Untuk itu sebenarnya permasalahan ini bukan menjadi tanggung jawab pihak sekolah saja, tetapi juga tanggung jawab seluruh orang tua siswa untuk senantiasa menerima kebijakan tersebut dan terus memberikan semangat untuk para anak-anaknya untuk belajar.

Syamsul Maarif, Mahasiswa jurusan Sastra Inggris  di UIN Bandung

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini