Diamnya Ekstrovert? Mungkin Ia Terlalu Lelah Pura-Pura Tak Apa. Istirahatlah Sejenak, Jika Memang Terasa Sangat Sesak.

Ekstrovert? Ya jika kalian belum memahaminya akan aku jelaskan sedikit.

Sederhananya, orang ekstrovert adalah mereka yang bersikap terbuka. Mereka cenderung mudah bersosialisasi, energik, suka bergaul, dan memiliki banyak teman. Bisa dibilang ekstrovert adalah orang yang supel dan jarang melakukan aktivitas yang soliter. Ahh bahagia sekali ya ekstrovert ini. Bisa bebas mengeluarkan segala isi hatinya dan bercengkerama dengan banyak orang. 

Advertisement

Kalo introvert itu gimana ya? Ya seperti yang sudah aku bilang sebelumnya, introvert adalah lawan makna dari ekstrovert. Ok! Di sini aku ngga mau bahas dua-duanya. Aku cuma pengin mengemukakan hal yang secara realita mungkin sering terjadi, dan mungkin beberapa dari kalian juga menanyakan. Apakah ekstrovert bisa diam? Bisa tertutup? Atau bisa soliter? Yap ada kepribadian ketiga, yaitu ambivert. Ini adalah titik tengah antara ekstrovert dan introvert. 

Orang ambivert memiliki kecenderungan ekstrovert namun pada beberapa waktu, mereka juga membutuhkan waktu untuk sendiri. Momen kesendiriannya, di mana hanya ia dan Tuhannya saja. Namun, apakah ketika ekstrovert diam berarti kepribadian sebenarnya adalah ambivert? Kalau begitu banyak dong yang ambivert? Karena kebanyakan orang bisa begitu energik namun juga kadang menyendiri.

Kalian mungkin juga memahaminya. Ada momen di mana yang selalu heboh dan berisik merasa lelah. Lelah harus berpura-pura gila hanya agar orang-orang melihatnya baik-baik saja. Menyembunyikan diamnya hanya agar tak ada yang tahu bahwa ada luka yang sedang menganga. Hai dear! Jangan mudah dibodohi oleh orang-orang alay dan brisik. Terkadang mereka hanya tak ingin lukanya terlihat. 

Advertisement

Hanya tak ingin orang melihat bahwa ia sedang dalam masalah. Sedang dalam situasi pikiran yang kacau.  Ia ingin diam sebenarnya, namun sulit baginya untuk menghentikan sandiwaranya itu. Sandiwara di mana hanya ia dan Tuhan yang mungkin merasa prihatin melihat kebusukannya. Busuk sekali dia! Mengurung sesak di hatinya dan tertawa seolah dunianya sempurna. Ada beberapa hal yang maybe ada di pikiran makhluk-makhluk sok kuat ini. Cuss!! Akan aku beri alasannya. Mungkin bisa kalian terima. Jika tidak, aku pun tak memaksa.


“Aku sudah biasa untuk gila. Jadi, ngga mungkin tiba-tiba aku diam”


Advertisement



Bagi kalian yang memiliki pemikiran seperti ini, aku rasa kalian sangat egois. Merasa orang-orang itu sangat memujimu. Sehingga kamu harus mengikuti apa yang biasa mereka lihat tentang dirimu. Mungkin benar, melihat teman-temanmu tertawa karena kekonyolanmu pasti membuatmu merasa berharga, namun tanpa kamu sadari, kamu telah berhasil membuat dirimu tidak menghargai dirimu sendiri. Kasihan! Dirimu juga berhak kamu hargai.


“Mereka juga ngga akan percaya kalau aku lagi sedih, kan aku selalu alay begini”




Sikapmu yang selalu energik itu pasti telah mendoktrin teman-temanmu. Tapi, coba pikirkan ini: bisa saja teman-temanmu sebenarnya ingin kamu menghentikan dramamu itu. Teman-temanmu bosan dengan kealayanmu. Kesupelanmu itu mungkin membuat mereka jengah. Jangan takut untuk terlihat sedih. Kita memang harus kuat dan menyimpan saja luka. Tak perlu diumbar. Ya aku juga setuju dengan itu. Tapi setidaknya, jika sedihmu sudah terlalu lara, kau juga perlu sejenak untuk terlihat tak baik-baik saja. Lelah, harus tertawa gila ketika hatimu terus meronta luka.


“Rasanya aneh aja kalau aku tiba-tiba diem.Yaudah, bodo amat sama hatiku yang lagi sedih”




Yap, kebiasaan membuat kita menjadi terbiasa. Dan dengan terbiasa kita akan merasa aneh jika tak terlihat seperti biasanya. Say, setiap harimu berarti! Jangan sakiti setiap waktumu untuk menghakimi diri bahwa dirimu harus selalu dianggap baik oleh semua orang. Kau tahu? Kadang sore yang selalu hujan, tiba-tiba bisa menjadi panas terik, lalu semua orang akan saling berbisik keras “Kok tumben ya ngga hujan” kau pikir itu pujian atau hinaan? Itu hanya situasi dimana hal yang biasanya  tidak terjadi kini terjadi. Tak seperti biasa. 

Kau mungkin tak tahu, ada orang yang sedang buru-buru pergi bertemu clien di lapangan yang sangat penting ketika hujan tak lagi datang. Dimana jika saja hujan turun, bisnisnya akan berantakan. Kau tak pernah tahu, ketika satu orang menganggapmu aneh, ada puluhan orang yang menginginkan keanehanmu. Kau berhak untuk berubah jika memang kau merasa lelah.


 “Udah bawaan kaya gini. Rasanya spontan aja gitu jadi konyol padahal hatiku lagi sesak banget”  


Kalau yang ini, maaf! Aku juga bermasalah dalam hal ini. Namun, jika boleh memberi saran untuk “kalian”, lawanlah apa yang ingin keluar dari diri kalian. Hentikan dia ketika kamu merasa ia berlebihan. Hargai sesakmu, biarkan dia tenang terlebih dahulu.

Yang ingin aku sampaikan dari hal-hal di atas adalah: kau yang selalu konyol, gila, dan berisik di depan semua orang, ku tahu di dalam hatimu ada luka yang menganga. Ada sesak yang tak tersampaikan. Ada kecewa yang kau pendam atas dirimu sendiri. Kenapa aku harus selalu terlihat serendah ini? Dianggap konyol dan memalukan hanya agar orang-orang tertawa karenaku? Kau tak sendiri dear, aku pun begitu.

Rasa-rasanya ingin ku bunuh diriku yang sok konyol ini. Karena setiap gila yang aku tampakkan, aku telah menghimpit sesak di hatiku. Maka dari itu, hai ekstrovert! Lukamu berhak untuk kau biarkan terlihat sejenak. Tak apa, kau pasti lelah terus berpura-pura duniamu sempurna.

Untuk kalian teman-teman”ku”! Plis, lihat mataku, apakah mata ini selalu berbinar bahagia ketika “aku” berlaku konyol dan membuat kalian terhibur? Jangan pura-pura buta! Setidaknya berikan “aku” momen di mana “aku” merasa kalian menganggap "aku" sama seperti manusia lainnya: tak selamanya terlihat bahagia dan tak apa.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE