Dua Dimensi

Berdasarkan kisah nyata

  "Penjaga" istilah yang biasa dikenal masyarakat yang ditujukan kepada makhluk tak kasat mata yang mendiami suatu tempat. Tak lain halnya dengan salah satu pondok pesantren yang baru didirikan 3 tahun belakangan ini. Pondok yang berdiri diatas tanah yang sebelumnya merupakan sebuah kebun dengan tanaman liar, bahkan bisa kita sebut sebagai hutan liar.

Advertisement

  Kedatangan 6 anak yang merupakan santri baru di pondok tersebut langsung disambut oleh hawa yang kurang mengenakkan. Rasa sesak mulai mencekam setiap dari mereka. Satu minggu pertama di pondok mereka belum merasakan hal-hal yang tak sewajarnya. Namun, berbeda dengan minggu-minggu selanjutnya. Di suatu malam, tepatnya malam selasa kedua, salah satu dari mereka diperlihatkan hal yang menurutnya tak wajar. Ternyata "penjaga" pondok tersebut mulai memunculkan wujudnya. 

  Tak berhenti disitu, hari-hari berikutnya selalu ada saja hal yang membuat suasana menjadi-jadi. Seperti suara kenduri yang terdengar di malam-malam tertentu, hingga hawa kedatangan mereka yang mungkin telah menduduki tempat ini sebelumnya. Hingga suatu hari, salah satu penduduk setempat mengisahkan bahwa pada awal pembangunan pondok tersebut, selalu ada orang yang mengalami kerasukan. 

  Kehadiran "warga" desa dari dimensi lain mulai dikenal oleh salah satu santri yang memiliki kemampuan yang tak dimiliki oleh semua orang. Malam selasa yang merupakan puncak kehadiran penduduk warga dimensi lain selalu mereka rasakan. Ibarat satu tempat yang ditinggali oleh dua dunia yang berbeda, sehingga mau tak mau mereka harus berbagi tempat. 

Advertisement

  "Selama tak mengusik ketenangan antara kedua belah pihak, menurutku aman", ujar salah satu santri yang memiliki kemampuan tersebut. 

  Pada suatu malam, suara kenduri atau pesta desa terdengar jelas oleh mereka. Tak hanya satu orang, tetapi hampir semua dari mereka mendengarnya. Dan tak hanya suara, tetapi diantara mereka juga melihat kehadiran warga dari dimensi yang lain tersebut. Seperti penari yang memakai pakaian khas tarian Jawa lengkap dengan selendang merahnya, arak-arakan yang mengelilingi area pondok, sekumpulan orang yang memainkan gamelan serta nyanyian-nyanyian jawa dengan merdunya, hingga keramaian yang mereka rasakan. 

Advertisement

  Di malam lain, tanda-tanda kehidupan dari dimensi yang berbeda terasa kembali. Kali ini dua anak dari mereka mendengar adanya aktivitas seperti manusia pada umumnya. Seperti suara galon yang baru diturunkan ke lantai, suara kompor yang dinyalakan, gosokan sikat yang disertai nyala keran, hingga suara anak ayam yang semakin memenuhi telinga santri-santri tersebut. 

  Malam selanjutnya bisa kalian baca di narasi setelah ini.

Jangan lupa untuk meminimalisir melamun kita di waktu-waktu tertentu, seperti malam selasa contohnya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

CLOSE