Godaan Paylater, Awal coba-coba Ternyata Membuat Candu Juga

"Buy now, pay later" , semboyan tersebut tentunya sudah tidak asing lagi di era modern ini. Perkembangan teknologi sudah canggih, banyak fasilitas atau penawaran di dunia digital. Beberapa platform digital kini banyak menawarkan sistem pay later yang membuat banyak masyarakat termasuk saya sendiri tergoda untuk menggunakannya. Belanja online tentunya lebih menyenangkan karena banyak penawaran serta lebih bervariasi produknya dibanding belanja secara langsung. 

Advertisement

Sistem pay later ini digunakan untuk menunda atau menyicil pembayaran pada platform online, seperti Shopee, Tokopedia, Traveloka dan masih banyak lagi. Fungsi dari pay later ini hampir sama dengan kartu kredit yang bersifat praktis. Sebelum menggunakan metode pay later diperlukan pendaftaran terlebih dahulu, yaitu dengan mengisi data yang diperlukan, mengunggah foto KTP atau kartu identitas lain disertai dengan foto wajah dan sebagainya hingga tahap akhir pendaftaran. Jika sudah mendaftarkan, langkah selanjutnya adaah menunggu dikonfirmasi yang biasanya konfirmasi tersebut maksimal 24 jam setelah pendaftaran. Bila sudah dikonfirmasi, kita bisa menggunakan fitur tersebut untuk transaksi.

Saya seorang mahasiswa yang sudah sering menggunakan sistem pay later, awalnya karena rasa ingin tahu, lalu mencoba melakukan transaksi dengan metode pembayaran tersebut. Awalnya hanya coba-coba, sekarang ketergantungan memakai pay later. Saya biasanya membeli barang seperti baju, sepatu, dan tas di toko online karena banyak yang menarik disana, ditambah lagi ada kemudahan pay later dan sudah berbulan-bulan bisa membayar tagihan tepat waktu.

Berbelanja jadi lebih menarik memakai metode ini. Sebagai generasi milenial, tentunya saya mempunyai rasa untuk mengikuti berbagai tren. Saya menjadi lebih konsumtif dan tidak terkendali dalam berbelanja online, ditambah lagi saya mengguakan pay later yang disamping mempunyai kemudahan juga mempunyai risiko yang cukup besar. Suatu ketika saya mendapat voucher belanja dan barang tersebut sedang ada dalam penawaran harga. Akhirnya tanpa berpikir panjang saya membeli sepatu yang sedang diskon tersebut menggunakan pay later karena uang belum cukup pada waktu itu. Awalnya tidak berasa apa-apa dan berpikir bisa dibayar bulan depan. Namun, ada suatu masalah yang menimpa, di bulan yang sama saya kehilangan dompet beserta identitas yang ada di dalamnya. Rasa cemas menyelimuti karena uang hasil menabung tersimpan di diompet untuk membayar tagihan pay later hilang.

Advertisement

Tagihan pay later yang selalu muncuk di kepala membuat diri ini sulit beristrahat dengan tenang. Tibalah di tanggal jatuh tempo untuk pembayaran pay later, saya belum bisa membayarnya. Akhirnya karena saya masih tinggal bersama orang tua, maka meminta bantuan ayah untuk membantu melunasi tagihan yang ada. Pay later memang memudahkan, tapi sangat berisiko jika membayarnya bisa berbunga. Peristiwa itu membuat saya ingin tidak bergantung menggunakan pay later yang membuat saya candu, karena tidak semuanya berjalan dengan mulus, ada kalanya kita mengalami masalah yang tidak dapat kita tebak kapan datangnya.

Banyak kemudahan yang dirasakan dengan pay later, tidak jarang jika masyarakat menggunakan metode ini untuk metode utama transaksi. Namun, banyak juga risiko serta dampak negatif yang dirasakan. Kemudahan berbelanja menggunakan pay later ini membuat pengguna merasa mudah untuk mendapatkan atau membeli barang yang diinginkan. Dari hal ini menunjukakkan sikap bros dan gaya hidup menjadi konsumtif.

Advertisement

Menurut para ahli, yaitu Mowen dan Minor , perilaku konsumtif merupakan perilaku yang tidak memiliki pertimbangan rasional, melainkan dengan membeli produk atau jasa tertentu untuk memperoleh kesenangan aau perasaan emosi. Adanya pay later ini membuat kebiasaan membeli dengan cara berhutang. Apabila tidak bisa memembayar pada jatuh tempo waktu yang harus ditentukan yang biasanya di awal bulan, maka akan mendapatkan bunga dari tagihan yang belum bisa dibayarkan. Jika tagihan tidak segera dilunasi maka bunga akan terus menerus bertam ah disetiap bulannya. Hal tersebut bisa menimbulkan adanya pembeakan tagihan, dan bisa menganggu keadaan finansial. Sebagai pengguna pay later harus siap menanggung resiko tersebut.

Kita sebagai generasi milenial haruslah menggunakan metode pay later dengan bijak. Menggunakan pay later itu tidak salah selagi kita bisa mengatur keuangan. Suatu metode yang lebih baik adalah dengan membayarkan dengan lunas secara langsung. Dengan kita menabung dahulu untuk memenuhi kebutuhan daripada harus mempunyai hutang dari pay later ini. Oleh karena itu, perlu memperhatikan skala prioritas dalam memenuhi kebutuhan agar tidak terburu-buru dalam membeli sesuatu yang diinginkan.

Sebagai manusia memang wajar tidak mudah merasa puas, tapi perlu dipikirkan jangka panjang. Cara agar terhindar dari dampak negatif pay later adalah dengan kita menjadi diri sendiri. Tidak perlu meniru artis idola atau trend yang silih bergani yang membutuhkan banyak macam kebutuhan yang tidak dibutuhkan atau hanya sekedar keinginan. Berbelanja seperlunya saja, mengenali kebutuhan diri sendiri dan selalu mengatur keuangan dengan baik dan menabungnya. Maka dengan menabung kita bisa terhinar dari godaan pay later yang membuat candu namun tagihannya menganggu ketenanganmu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE