Sekarang Aku Mengerti, Merelakan adalah Cara Mencintai Paling Indah Meski Sudah Tidak Lagi Saling Memiliki

merelakan adalah cara mencintai paling indah

Setelah kehilangan paling mematahkan itu, aku jadi lebih sering mengisi waktu dengan menyendiri. Membiasakan diri tanpa kehadiranmu, membiasakan diri tanpa canda dan tawamu. Namun tidak aku pungkiri, bahwa masih ada banyak pertanyaan melintas di pikiranku.

Advertisement

Bagaimana jika seandainya saja, waktu itu kita tidak bertemu. Atau, bagaimana jika seandainya saja kita memutuskan untuk tidak saling mengenal dan menyapa, hingga pada akhirnya waktu membuat kita terbiasa bersama, dan aku memilihmu menjadi seseorang yang aku sayangi pada akhirnya.

Mungkin aku tidak akan pernah merasakan patah hati yang memilukan ini. Mungkin saja aku tidak seterluka dan sesakit ini, setelah kamu memilih jalan untuk berpisah, dan pergi meninggalkanku. Mungkin aku tidak perlu bersusah payah menyembuhkan luka, sembari meratapi kenangan demi kenangan yang pernah kita ciptakan bersama.

Atau jika tidak begitu, bagaimana jika seandainya saja aku tetap sekeras itu untuk menolak berpisah denganmu, tidak mengikuti perkataanmu yang memutuskan untuk mengiyakanmu pergi. Mungkin saja kita masih bersama hingga saat ini. Mungkin saja aku dan kamu tetap menjadi kita. Mungkin saja tetap ada kita.

Advertisement

Aku jadi berpikir ingin kembali ke masa lalu. Bukan! bukan kembali pada saat dimana aku masih bersamamu. Tapi saat dimana aku masih bisa baik-baik saja sebelum mengenalmu, ketika aku masih bisa tertawa dan bahagia meskipun tanpa kamu.

Seandainya saja semudah itu melupakanmu, mungkin aku sudah bahagia sepertimu. Dan seandainya saja semudah itu mengikhlaskanmu, aku tidak perlu berandai-andai seperti saat ini.

Advertisement

Namun pada akhirnya, dari banyak pilihan yang ada, aku memilih untuk berdamai saja. Berdamai dengan diriku sendiri. Berdamai dengan hatiku sendiri. Dan berdamai dengan masa laluku.

Dan, setelah berdamai dengan itu, Tuhan seolah memberi banyak bahagia yang aku pikir sebagai pengganti kesedihan atas kehilanganmu yang tidak pernah aku mau. Tuhan seolah memberi bahagia yang jauh lebih bisa aku pahami daripada yang pernah aku minta. Dan berkat masa lalu juga, aku lebih mampu memaknai bahagia, meskipun dengan hal yang begitu sederhana.

Terima kasih, masa lalu.

Engkau telah membuka jalan bahagiaku meski harus melalui perjuangan untuk mengobati luka hatiku sendiri. Engkau telah mengajariku hal baik dan buruk yang membuatku kian dewasa meski harus melewati banyak duka dan juga lara. Dan karenamu juga, meskipun pernah dihadapkan dengan persimpangan jalan yang membingungkan setelah ditinggal pergi olehmu begitu saja, kini aku berhasil menemukan bahagia yang denganmu dulu pernah ingin aku hadirkan bersama.

Di saat bersamaan, aku menemukan sekeping bahagia yang hilang yang seharusnya selalu aku prioritaskan untuk selalu dibahagiakan; diriku sendiri.

Pada akhirnya aku mengerti, bahwa cara paling mudah untuk melupakanmu adalah dengan berhenti berusaha melupakanmu. Sebab nyatanya, semakin besar usaha dan upayaku untuk lupa, semakin nyata pula bahwa bayanganmu selalu. Semakin nyata namamu selalu membayang dan tidak pernah lari dari pikiranku.

Dan pada akhirnya aku berhenti untuk ingin melupakanmu.

Terima kasih, masa lalu.

Terima kasih, kamu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

une femme libre

CLOSE