Kisah Sederhana Tentang Anak Manusia yang Mencari Keadilan Hidup

Danu

Seperti biasa, Danu menyeruput kopi hitamnya sebelum dia bekerja. Danu hanya lulusan SD, hidupnya sederhana dan biasa-biasa saja. Dia tidak punya banyak keinginan selain hidup bahagia dan membahagiakan keluarga. Setelah dua kali keguguran, kali ini istrinya berhasil menjaga kandungan sampai sembilan bulan. Beberapa hari lagi anak pertama mereka akan lahir dan petualangannya sebagai orangtua akan dimulai. Itu sebabnya Danu tampak begitu bahagia beberapa hari ini. Dia tidak lagi mudah terpancing emosi saat seorang yang tidak menyenangkan mencari masalah dengannya. Dia selalu bernyanyi saat mengendarai truknya. Bahkan dia mulai mengatakan bahwa pekerjaannya ini adalah pekerjaan terbaik di dunia.

Advertisement

Pagi itu Danu menyetel musik dangdut koplo, mendapat tugas dari bos untuk mengantar kaca-kaca besar ke proyek apartemen di Jalan Panjang. Danu mengemudi sambil berjoget dangdut, sampai dia membuat teman sebelahnya kesal.

"Biasa aja, ngapa?"

Advertisement

Danu bodoh amat, dia berjoget semakin asik.

"Jadi, anakmu itu bakal lahir tiga hari lagi?"

Advertisement

"Aku tidak tahu~" jawab Danu dengan nada serupa lagu dangdut yang sedang mengalun.

Rekannya itu tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Dia memahami perasaan Danu yang sudah dua kali batal jadi ayah. Kelahiran anaknya kali ini pasti akan menjadi momen baru yang indah bagi hidupnya.

"Belum tahu sih kamu. Kalau sudah punya anak, hidupmu bukan lagi milikmu, tapi milik anakmu itu. Kamu bakal mikir-mikir untuk beli rokok, karena anakmu lebih butuh susu daripada kamu butuh rokok. Belum lagi kalau dia sudah besar nanti, sekolah, kuliah …"

"Lha, … wong bapakku juga begitu waktu aku lahir, toh? Yang namanya hidup ya begitulah. Nanti anakku juga jadi bapak, dia juga bakal tahu kapan berhenti untuk seneng-seneng dan mikirin keluarga," jawab Danu sambil memutar kemudi perlahan untuk berbelok di perempatan.

Namun ekor matanya menangkap gerakan cepat yang datang mendadak. Dalam kecepatan kurang dari satu detik, Danu tahu bahwa dia akan menggilas seorang pengemudi motor. Refleknya bertindak membanting kemudi untuk menyelamatkan pengemudi motor itu dari kematian. Tapi dia lupa kakinya masih menginjak gas. Tabrakan kecil terjadi, akibat terserempet, pengemudi motor itu hilang keseimbangan dan tergelincir di aspal sampai ke trotoar. Danu tahu bahwa nyawa pengemudi itu berhasil dia selamatkan. Namun truknya hilang keseimbangan dan dia sadar … kendaraannya akan jatuh terguling.

Benturan di kepala membuatnya bersimbah darah, kepalanya jatuh menindih kemudi sehingga klaksonnya berbunyi tanpa henti. Rekannya berhasil merayap keluar dari truk setelah kendaraan besar dan berat itu jatuh terguling di jalan raya dengan muatan yang hancur berserakan di jalanan.

Sedikitnya tujuh orang tewas di tempat oleh pecahan kaca yang jatuh menimpa mereka, atau oleh karena terseret truk. Danu tidak sempat melihat anak pertamanya lahir ke dunia, dia masuk ke dalam penjara dan diadili. Istrinya berdoa setiap saat demi keadilan untuk suaminya. Berkat bantuan perusahaan tempat dia bekerja, Danu berhasil lolos dari hukuman pidana. Namun dia dipecat dan menganggur berbulan-bulan.

Tanpa terasa gaji terakhirnya habis dalam waktu kurang dari seminggu untuk kebutuhan putranya. Sebagai lulusan SD, penghasilannya tidak banyak, dan dia harus bekerja setengah mati. Apalagi dengan pengalaman kecelakaan tersebut membuatnya sulit untuk dipekerjakan sebagai supir truk lagi.

Suatu malam, duduk di balai-balai, Danu duduk murung. Terdengar suara tangis anaknya yang kelaparan. Tadi istrinya bilang bahwa susu sudah habis jadi mereka terpaksa memberinya makan dengan air beras.

Danu tidak bisa berhenti menyalahkan pengendara motor itu. Pengemudi motor yang nyelonong keluar dari gang dan membuatnya terkejut. Demi menyelamatkan nyawanya, dia menghancurkan hidupnya dan anaknya kini kelaparan, setiap hari dia bertengkar dengan istri.

"Tuhan, cobaan macam apa yang kau berikan padaku?" tanya Danu dalam hati. Danu kembali teringat ucapan bosnya sebelum dirinya dipecat…

"Aku terpaksa banting setir, pak. Kalau tidak pengemudi motor itu mati."

"Tapi gara-gara kamu menyelamatkan dia, kasus ini masuk koran, perusahaanku terkenal sekarang!" omel bosnya. "Pengemudi motor itu yang salah, kan? Kalau saat itu dia yang kamu tabrak, beres perkara, kamu tidak salah. Sekarang kejadiannya seperti ini, malah kamu yang salah!"

Danu mempercayainya. Bila saat itu si pengemudi motor nyelonong yang mati tergilas truknya, headline koran akan berbunyi "Seorang Mahasiswa Tewas di Jalan Karena Tidak Berhati-Hati", bukannya "Supir Lengah, Tujuh Orang Tewas di Perempatan, Termasuk Seorang Bayi Tak Berdosa".

Bayi itu yang membuatnya terpukul, karena anaknya juga baru lahir. Dia bisa berandai bila itu adalah anak dan istrinya, tentunya dia akan merasa hancur.

Danu akhirnya mendapatkan kesempatan sekali lagi menjadi supir truk, setelah beberapa tahun hidup tidak jelas bergonta-ganti pekerjaan. Pengemudi motor yang seenaknya masih ada, tapi kali ini, dia sudah belajar dari kesalahan. Awalnya Danu tidak tega, tapi lama-kelamaan, kecelakaan yang terjadi, termaafkan. Karena hukum dan CCTV menyatakan bahwa memang pengemudi motor yang salah.

Danu telah menutup matanya, bila memang pengemudi itu mati karena kesalahannya sendiri, itu bukan merupakan tanggung jawabnya. Dia tidak bersalah, hukum pun menyatakan bukan atas kesalahannya seorang pengendara motor yang nyelonong itu akhirnya tergilas.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Bagi seorang penulis, pikirannya adalah aset.

CLOSE