Kuliner di Berbagai Belahan Dunia

Perbedaan budaya, kebiasaan, dan sumber daya membuat olahan makanan di setiap sudut bumi memiliki cita rasa yang berbeda. Kuliner yang paling enak adalah kuliner di tanah tempat tinggal sendiri. Itu  terjadi karena lidah dan otak kita terbiasa dengan cita rasa tersebut setiap harinya, ketika diberikan rangsang berupa cita rasa yang berbeda dengan makanan yang sama, otak akan mengintrepretasikan bahwa rasa tersebut berbeda dan cenderung tidak enak.

Sebagian besar manusia pasti memiliki rasa ingin tahu yang tak terbendung terhadap kuliner yang belum pernah dicoba. Namun, karena berawal dari ketidakpastian, rasa ingin mencoba itu pasti akan diiringi oleh rasa takut akan membuang uang dan makanan atau minuman karena dirasa tidak cocok. Pada artikel ini, saya akan memberikan review kuliner dari beberapa daerah di Indonesia dan negara yang mungkin patut dijadikan referensi supaya bisa memilah kuliner mana yang paling mendekati lidah sendiri sehingga tidak menyiksa diri dengan kuliner yang terlalu asing bagi pembaca.

Kuliner Bali adalah kuliner yang cukup membuat saya terkejut dengan kuatnya aroma rempah yang masih terngiang hingga kini. Dengan ciri khas sate buntal dua tusuk yang menghiasi piring putih setiap kali saya makan di restoran, lauk pauk beragam warna, dan daging yang disajikan secara unik membuat kuliner Bali terus membekas di kepala saya. Cita rasa mereka cenderung tajam oleh karena rempah-rempah dan tidak terlalu asin. Rasa manis juga terasa pasif di kebanyakan kuliner di sana. Bagi pembaca yang kurang menyukai manis seperti saya, kuliner Bali sangat patut untuk dicoba. Di antara banyaknya kuliner Bali yang saya coba, saya akan merekomendasikan adalah ayam betutu dan lawar.

Kuliner berikutnya adalah kuliner Solo. Solo memiliki kuliner yang sangat beragam dan saya rasa tidak cukup merasakan semua kuliner di sana dalam sehari. Kuliner seperti selat solo, gudeg, dan tengkleng menjadi pilihan yang tepat bagi yang menyukai kuliner gurih dan asin. Komposisi rasa rempah dan manis berpadu dengan tepat membuat kuliner Solo ramah bagi berbagai lidah.

Di berbagai sudut Kota Solo sendiri terdapat banyak restoran terkenal dan telah lama berdiri. Tak heran apabila banyak orang saling merekomendasikan restoran yang sama hingga para tokoh-tokoh terkemuka di Indonesia datang dan menyantap hidangan khas Solo tersebut. Namun, bagi pembaca yang ingin merasakan cita rasa manis, serabi patut untuk dicoba. Saya sarankan untuk membeli serabi yang terjual di pinggir jalan. Selain karena harganya lebih murah, keaslian rasa serabi jauh lebih terasa pada serabi lima ribuan yang ada di pinggir jalan.

Selanjutnya, saya akan membawa pembaca sekalian ke Thailand. Saya baru berkesempatan pergi ke negara tetangga itu sekali selama empat hari tiga malam. Unik adalah kata yang muncul dikepala saya setelah menikmati makan siang yang kedua kalinya.

Menurut saya, kuliner Thailand memiliki cita rasa yang sedikit lebih asam dan manis. Saya juga menyadari bahwa tom yum yang biasa kita konsumsi di Indonesia memiliki cukup banyak modifikasi hingga dibuat sedemikian cocok dengan lidah orang Indonesia. Namun, street food yang ada di sana luar biasa. Ada berbagai pilihan dengan ukuran yang besar dan harga yang terhitung murah. Proses pengolahan dan penyajian yang rapi dan menarik membuat mata saya tidak berhenti bergerak melihat-lihat sekitar. Jika pembaca memiliki rencana untuk berlibur ke sana, sangat saya sarankan untuk mencoba kuliner yang ada di street food.

Kemudian, kita berpindah ke Asia Timur, yaitu kuliner Korea Selatan. Mungkin jika kembali ke 10 tahun yang lalu, ketika jajanan korea belum marak di Indonesia, saya tidak memiliki gambaran yang jelas tentang kuliner di sana. Awalnya saya mengira mayoritas makanan disajikan di hot bowl/dolsot mengingat cuaca di sana yang hampir selalu dingin. Namun, ketika sampai di sana perkiraan saya sedikit meleset. Kuliner Korea Selatan memiliki berbagai jenis cara penyajian.

Ada yang berupa piring lebar, mangkok kecil, dan dolsot. Dalam sekali makan, ada banyak piring dan mangkok di meja untuk memisahkan lauk pauk yang sangat beragam. Cita rasa yang saya rasakan di sana adalah perpaduan antara manis dan pedas. Ketajaman rasa cenderung lebih hambar daripada masakan Indonesia, membuat banyak turis Indonesia sedikit kurang puas. Namun anehnya, menurut saya itu adalah rasa yang nyaman untuk bisa dikonsumsi. Karena lidah saya tidak terlalu bekerja keras untuk menerima aspek rasa yang kuat. Sehingga, saya simpulkan orang Indonesia akan cocok dengan masakan Korea Selatan yang mayoritas menggunakan pasta pedas manis tradisional itu, kecuali kimchi. Kimchi memiliki rasa asam yang tajam dan aroma unik. Meskipun kimchi merupakan makanan paling asing yang pernah menerpa lidah saya, ada satu jenis kimchi yang paling ramah di lidah Indonesia saya, yaitu Yangbaechu kimchi.

Dari banyak kuliner yang pernah saya coba, kuliner dari empat daerah tersebut memberikan memori yang kuat sebagai pengalaman unik yang tidak akan saya lupakan. Di masa depan, saya berharap agar saya bisa merasakan kuliner unik dari berbagai belahan dunia dan bisa membagikan pengalaman tersebut. #nugasdihipwee

 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini