Menikah Bukan Siapa yang Cepat, Tapi Dengan Orang yang Siap

Menikah itu bukan siapa yang cepat, tapi siapa yang siap. Tidak hanya usia yang siap, namun yang terpenting dan paling utama yaitu mental. Mental diartikan sebagai kesiapan lahir dan batin sesorang yang mau menikah, dengan matang mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang. Menikah bukan untuk sebulan, dua bulan, namun sumur hidup.

Konsekuensi dimaksud yaitu semua yang terkait dengan pernikahan. Menyatukan 2 sifat dan karakter yang berbeda, menyatukan 2 keluarga menjadi satu, dan pastinya dapat meminimalisir setiap cobaan dan permasalahan pasca menikah. Banyak dari kita yang tidak mempertimbangkan terlebih dahulu, saat mendapat permasalahan pasca menikah, tidak sedikit yang memutuskan bercerai. Jika sudah memiliki anak, apakah mereka tidak menjadi korban? Tumbuh dan kembangnya menjadi terganggu.

Diawali dengan memilih pasangan, bukan mencari yang sempurna namun mencari sejalan. Memahami satu sama lain menjadi kunci utamanya, namun tidak semua orang yang kita temui dapat memahami diri kita apalagi untuk dijadikan pasangan. Menerima kelebihan serta kekurangan pasangan menjadi tolak ukur pertama dalam memilih jodoh. 

Bukan karena usia sudah matang belum menikah terus dikatakan tidak laku. Masing-masing orang punya waktunya sendiri. Sebagian orang menganggap tidak mengikuti trend karena teman sebaya banyak yang sudah menikah. Jalan hidup orang berbeda, tidak ada yang sama. Masing-masing punya porsinya yang tidak bisa disama ratakan.

Diusia dewasa ini, terkadang desakan orang-orang sekeliling yang membuat stres. Disuruh menikah, namun belum ada pasangan yang tepat. Jika dihadapkan dengan kondisi seperti ini, kuncinya lebih baik dibicarakan baik-baik bahwasanya tidak mudah mendapatkan orang yang tepat untuk menjadi teman hidup. Karena bukan hanya menerima segala kelebihan yang kita punya, namun juga kekurangan yang tidak kita punya. 

Bimo Walgito dalam buku Bimbingan dan Konseling Pernikahan menjelaskan bahwa, Dalam pernikahan perlunya sikap saling agar tercipta keharmonisan keluarga. Di antaranya: saling menghormati, saling memadu kasih, saling bertukar pendapat dan saling terbuka,

Pendapat di atas mengajarkan kita untuk lebih dulu mencari pasangan yang tepat agar dapat tercipta sikap saling dalam keluarga pasca menikah. Tidak hanya mencari pendamping hidup, tapi lebih tepatnya mencari teman sharing terbaik dalam menjalani hidup bekeluarga.

Karena menikah itu sebagai ibadah seumur hidup bukan untuk membuat pesta sehari semalam, kemudian berpisah. Jangan terburu-buru, lebih selektif memilih yang terbaik dari yang baik. Jika belum siap, mantapkan dulu mental. Perlu persiapan matang baik pola pikir maupun kesiapan diri.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Setiap orang memiliki jalan hidup masing-masing, nikmati semua proses sebagai pembelajaran untuk perbaikan hidup kedepannya.