Aku Tak Percaya Jika Waktu Begitu Cepat Berlalu, sementara Aku Masih Saja Terbelenggu dalam Cintamu

masih terbelenggu dalam cintamu

Menelusuri sunyinya malam dalam keresahan hati yang begitu mendalam. Pikiranku terbang melayang mengapai nostalgia yang telah lama pergi dari peredaran bumi. Entah kenapa malam itu hatiku begitu merindu, begitu merasa apa yang pernah terasa tentang seseorang yang pernah hadir dalam bait waktuku.

Advertisement

Apakah Aku merindukannya kembali? Apakah dia meridukanku juga atau sekedar pikiran isengku saja terlintas dalam sendunya waktu tanpa hadirnya kamu lagi di sekitarku? Aku memandangi langit malam itu, seakan aku merasa jika aku berada dalam sebuah bahagia yang pernah aku jalani bersamamu.

Ku tertawa sendiri seperti orang gila atau gila beneran? Entahlah, yang jelas malam itu aku hampir lepas landas pergi menemui dirimu yang kini terbaring indah di sisi-Nya.

Namun cepat aku beranjak dari alam khayalku ke pikiran nyataku, agar hal itu dapat aku cegah jika hal itu hanya sebatas rasa rindu masa lalu. Yang kini melintasi Samudera Hindia Pasifik lalu singgah di depan rumahku untuk mengabarkan berita jika aku pernah mencintai seseorang dengan senyum yang sangat sempurna.

Advertisement

Namun bukan untuk kumiliki, tapi Tuhan lebih menyanyanginya hingga dia kembali ke sana tinggalkan sejuta kenangan dalam hidupku.

Tahukah engkau, jika setiap waktu, aku selalu merindukanmu dan terkadang tak terasa aku menjadi manusia yang begitu cenggeng ketika teringat jika kau hanyalah sebuah kenangan yang punya saat ini. Tak percaya jika itu begitu cepat berlalu dan sampai saat ini, aku masih saja terbelenggu dalam kasih sayang yang pernah aku dapatkan darimu.

Advertisement

Bahkan saat kau pergi meninggalkan waktu itu, aku yang belum mampu lepas dari kata cinta yang selalu kau ucapkan kepadaku. Kau tetap saja tak bisa mendengarku. Kau tetap saja pergi tanpa berkata jika aku tak bisa mengayuh sampan waktu sendirian tanpa adanya kamu.

Tahukah Engkau, aku pernah berkata kepada Tuhan jika itu tak adil bagiku. Tak percaya kepada takdir jika kamu harus meninggalkan aku sendirian begitu cepat tanpa beritahu juga kenapa kau harus pergi. Pada hari itu, aku berkata kepadamu, aku memanggil namamu, namun kau begitu dingin, kau diam tanpa sepatah katapun keluar dari mulutmu.

Kau diam membisu, kau terbaring kaku dengan senyum tipis seperti senyum yang sering kau berikan untukku. Saat itu, bahkan aku sempat berteriak lantang, membuat penghuni rumah dan dunia mendengar celoteh geramku tentang kehilangan yang kau tancapkan dalam hatiku.

Aku berteriak agar kau dapat mendengarku, tapi panggilanmu tak kunjung ku dengar. Aku berteriak agar kau melihatku, tapi kau tak menoleh. Aku berteriak agar kau paham, namun kau tak hanya diam.

Kenapa kau begitu sombong dengan kepergianmu, kenapa kau begitu segan berkata kepadaku waktu itu. Apakah kau tak merasa dan terasa jika waktuku hampir saja menghilang ingin pergi bersamamu waktu. Hanya iman di dada yang membuatku bertahan dalam waktu yang masih ku miliki di dunia ini.

Jika saja aku tak memiliki Tuhan, maka akan aku hilangkan nafasku demi untuk bisa bercengkrama denganmu lagi. Seandainya saja aku tak percaya dengan adanya dosa, maka sudah ku biarkan ragaku hancur ditelan petaka, agar jiwaku dapat bertemu dengan jiwamu di dunia yang sama.

Kehilanganmu, kepergianmu dan ketiadaanmu dalam waktuku bukan hal yang mudah untuk aku arungi. Butuh waktu, butuh energi, butuh pengertian dan pemahaman yang teramat mendalam dalam diri jika keadaan itu memang nyata bukan mimpi di siang bolong.

Tujuh tahun ketiadaanmu membuatku belajar dan selalu belajar jika aku harus pergi, harus pergi dari rasa yang tak mungkin aku pegang terus-menerus dalam setia untuk bersamamu.

Aku harus beranjak pergi untuk menemukan tempat yang mungkin bisa mengobati rasa kehilanganku tentang seseorang yang begitu indah untuk dicintai, walaupun itu bukan kamu, tapi aku yakin itu adalah cerita yang sama, sama seperti kamu mencintaiku.

Waktu terus mengobati rasa rinduku kepadamu, waktu terus memberiku pengertian agar aku melepas itu semua agar kau tenang disana dengan cinta kasih sayang-Nya. Aku telah mengikhlaskan itu semua, aku telah merelakan itu semua, karena aku yakin kau bahagia disana dan aku harap aku merasakan hal yang sama sepertimu di sana.

Kini, kenangan itu tetaplah ada. Jangan pernah takut jika aku membiarkan itu menghilang, sudah pasti itu tak akan pernah aku biarkan menghilang. Hanya saja aku harus meneruskan kehidupan sendiri, memilih jalanku sendiri untuk bertemu dan berlabuh pada sebauh hati yang mungkin bisa membuatku bahagia, bisa membuatku merasa jika cinta itu masih ada dalam hatiku.

Sering kata rindu, seiring kata cinta, aku hanya ingin kau tahu jika aku selalu mengerti jika kita memang berada di dunia yang berbeda, namun aku selalu merasa kau selalu melihat dan berkata jika aku masih tampan seperti dulu, lihat saja, aku hampir saja tak percaya dengan keadaan diriku sendiri.

Begitu juga denganmu, aku selalu berkata jika kau masihlah wanitaku yang memiliki senyum terindah dan kau masihlah wanita yang mengajarkan arti cinta dalam dunia ini. Bukan cinta biasa, namun bagaimana memaknai cinta itu yang sebenarnya. Bagaimana mencinintai diri sendiri dan bagaimana mencintai orang lain.

Jangan takut jika aku sering berkata tentangmu kepada orang lain, bahkan kepada seseorang yang ada disampingku saat ini. Aku tak akan pamer dengan ketulusan cinta yang kau miliki. Aku hanya ingin bercerita bagaimana kau bisa membuatku bertahan hingga saat ini, itulah yang sering aku ceritakan kepada mereka.

Dan aku harap juga kau jangan terlalu ge-er. Karena aku menyebut namamu dengan indah. Jangan pula kau tertawa karena sering mengatakan jika kau bawel, namun berikan aku keluluasan untuk berkata jika itu memang benar adanya.

Aku harap kau tak merasa terusik di sana dengan apa yang pernah aku ceritakan kepada mereka tentangmu di sini. Aku harap juga kau tak merasa terganggu dengan apa yang aku ucapkan tentangmu. Jika merasa seperti itu, maka biarkan aku ucapkan dalam diam saja, dalam sujud doaku agar bumi menyimpan suaraku lalu mengatakan kepada penghuni langit jika ada seseorang di dunia ini yang begitu meridukanmu di sana.

Semoga saja kita tak saling menuntut, tak saling mengatakan jika itu adalah hal yang mustahil terjadi untuk bisa bertemu lagi nanti. Aku selalu bekerja keras di sini dengan mengingatmu dengan menjalankan perintah dan larangan-Nya dengan baik agar mendapatkan jalan yang baik pula sepertimu menuju tempat abadi yang indah dan juga bahagia.

Cerita ini mungkin hanya sebuah susunan kalimat yang aku paparkan melalui tulisan ini. Jika kau bertanya tentang apa yang terjadi, maka rasakan cinta yang kau punya saat ini, apakah kau sangat bahagia memilikinya? Apakah kau begitu mencintainya? Jika iya, maka itulah apa yang aku rasa ada dalam tulisan ini.

Akhir dari kalimat, mungkin tulisan ini juga hanya sebuah kenangan yang aku ceritakan kepadamu. Walaupun tak seindah senyum kamu yang sedang membaca artikel ini, tak setampan wajahmu yang sedang melihat tulisan ini.

Namun aku pastikan dapat memberikan pelajaran bagaimana cinta bicara di atas dunia ini. Dia memang tidak terlihat, namun bisa dirasakan. Dia tak berwujud, namun kita percaya dengan sangat baik.

Cinta itu bukan cinta karena kau mencintai apa yang kau lihat, apa yang kau rasa. Namun, cinta yang sesungguhnya itu ketika kau selalu melibatkan Tuhanmu dalam setiap kejadian apa yang terjadi dalam hidupmu, dan itulah sejatinya cinta.

Semoga saja masih ada senyum, masih ada tawa, masih ada semangat di ujung saja ketika mengerti jika cinta itu milik-Nya, semua yang ada di dunia ini adalah kuasa-Nya. Apapun yang itu, maka kau tak akan bisa apa-apa jika kau tak mengerti jika Dialah sang cinta yang sesungguhnya.

Semoga bermanfaat untuk Anda semuanya, dan teruntuk cinta yang pernah aku dapatkan darimu, aku pastikan akan selalu tertuang dan terjaga dengan indah atas naman-Nya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

"Jejak Rindu Di Telaga Nurani"

Editor

une femme libre

CLOSE