Pesta Pernikahan untuk Beberapa Orang Akan Menjadi Dilema Cinta Ketika Keadaan Ekonomi Tak Memadai

Apapun itu semoga ada rejekinya untuk merayakan cinta.

Cinta saja tak cukup untuk mengikat seseorang supaya tetap ada di dalam hidupmu, kau harus berusaha untuk menghalalkan dengan cara menikahinya. Ya, pernikahan ialah wujud dari sebuah perasaan cinta. Baik cinta yang memang ada tanpa perlu dipaksa, atau cinta yang dipaksa ada setelah bersama. Pernikahan karena perjodohan, misalnya. Di zaman sekarang, sah saja tidak cukup untuk mewujudkan perasaan pada awal perjalanan rumah tangga, ada yang dinamakan hajat (Bahasa Sunda) atau hajatan (KBBI). 

Hajatan, kadang menjadi batu sandungan untuk bisa melewati fase pendekatan ke arah pernikahan. Karena apa? Ya, biaya untuk hajatan yang tak murah, jika sang mempelai wanita meminta untuk membuat pesta meriah dan "WAH!" banyak yang akhirnya gagal dengan menyisakan kepedihan karena tidak sanggup oleh adanya tuntutan pesta. Alasan untuk mengadakan pesta meriah biasanya untuk menunjukan siapa dirinya, atau bisa jadi siapa keluarganya, bisa juga karena budaya di daerahnya. Gaya hidup bisa juga menjadi tuntutan acara pesta pernikahan yang pasti tetap sah meski dengan sekadar ijab qobul di kantor KUA dan syukuran seadanya.

Tapi, jika hanya di KUA saja dengan dihadiri keluarga dan sedikit tetangga. Belum dikatan sudah menikah, sepertinya pikiran kebanyakan orang di zaman sekarang seperti itu. Menghamburkan modal besar hanya untuk pesta sehari. Dengan dangdut, dan dekorasi pelaminan ala kerajaan. Tapi di sisi lain ada  yang juga mengambil keuntungan dari amplop para undangan.

Jika dipikir kembali, apa gunanya sebuah pesta meriah? Terkadang jiwa kemiskinanku bergejolak ketika menyaksikan pesta meriah dengan musik dangdut yang menggema ke penjuru desa. Setelah semua selsai, senyap. Dan hutang, kadang menjadi beban lain yang harus segera dilunasi. Apa karena gengsi? Hingga kadang harus mencari pinjaman ke sana ke mari. 

Padahal bisa saya lihat dan perhatikan yang nikah mengadakan pesta meriah, dengan yang menikah tanpa pesta meriah tetap sama saja, tak ada perbedaan dalam menjalani kehidupan. "Itu kan hak masing-masing pasangan, uang-uang saya, yang nikah saya. Ngapain Anda yang repot." Iya iya ampun, maksud saya menulis ini hanya untuk merenungkan kembali tujuan dan manfaat yang bisa diambil dari semua itu apa.

Lagian saya juga belum menikah, dan bukan orang yang ingin memaksakan dengan pesta meriah, uangnya mending dipake buat bikin rumah, atau modal usaha. Pesta nikahnya sederhana saja, kalo bisa cukup dengan modal satu juta. Tapi, tiap kali kenal dengan perempuan, dan bahas ini. Nggak pernah ada yang mau nerima hajatan dengan modal pas-pasan. "Malu atuh sama temen-temen, masa hajatan cukup pasang tenda biru saja."

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Nikmati hidupmu.