Sulitnya Menjadi Anak Pertama Perempuan

Anak adalah anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada orang tua. Kehadiran anak pertama adalah sesuatu yang paling ditunggu oleh orang tua, karena hadirnya anak akan melengkapi kebahagiaan keluarga. Orang tua akan memberikan kasih sayang dan cinta yang tak terhingga untuk anaknya. Mereka akan melakukan apapun untuk membuat anaknya bahagia.

Advertisement

Saat masih kecil, seorang anak berfikir jika menjadi orang besar itu menyenangkan. Mungkin dipikiran mereka orang yang sudah besar (dewasa) itu bebas untuk melakukan apapun sehingga menurut mereka menyenangkan. Tetapi kenyataannya menjadi dewasa tidaklah menyenangkan, karena saat sudah dewasa anak pertama dituntut untuk melakukan semuanya sendiri. Selain itu, anak pertama juga dituntut untuk memikirkan masa depan mereka sendiri. 


"Sakit, rasanya sakit, tapi aku harus menahan rasa sakit ini dan terus berjuang karena aku anak pertama.”


Dari kutipan tersebut kita tahu jika menjadi anak pertama memang tidak mudah. Anak pertama identik dengan perjuangan, mereka harus berjuang sendiri untuk mewujudkan tuntutan dan harapan orang tuanya. Walaupun rasa sakit dan lelah datang menghampiri, anak pertama harus bisa menahan rasa sakit itu dan terus berjuang. Tidak peduli seberapa besar rasa sakit yang dihadapi, dia akan melanjutkan perjuangannya karena dia adalah anak pertama. Ya, anak pertama yang dituntut untuk bekerja keras karena di pundaknya ada harapan besar dari orang tua

Advertisement

Terlahir sebagai perempuan adalah anugerah, terlahir sebagai anak pertama juga sebuah anugerah. Anak perempuan dan anak pertama adalah perpaduan yang kurang menyenangkan. Kenapa tidak menyenangkan? Karena mereka dituntut untuk sempurna, pundaknya harus sekuat baja, dan hatinya harus setegar karang untuk mengahadapi dunia yang kejam ini. Anak pertama perempuan dituntut untuk menjadi orang yang kuat, mereka tidak boleh lemah saat dunianya sedang hancur.

Menjadi anak pertama apalagi perempuan sangatlah tidak mudah, ada banyak tuntutan dan harapan yang diberikan kepada mereka. Ada beberapa alasan mengapa menjadi anak pertama perempuan itu sulit. Simak penjelasan berikut ini.

Advertisement

Memikul tanggung jawab yang besar

Anak pertama perempuan diberikan tanggung jawab yang besar oleh orang tua. Anak pertama dituntut untuk bisa menjadi tulang punggung keluarga untuk menggantikan peran ayah, anak pertama juga harus memberikan contoh yang baik untuk adik-adiknya, mereka juga dituntut untuk hidup mandiri dan melakukan semuanya sendiri.

Memiliki rasa takut jika tidak bisa memenuhi semua tuntutan dan harapan

Saat sudah dewasa yang dipikirkan anak pertama perempuan adalah tentang masa depan. Yang ada dipikirannya adalah bagaimana cara agar dia bisa menjadi orang sukses dan membahagiakan orang tua.

Karena sebagai anak pertama mereka menjadi harapan besar orang tua agar bisa mengangkat derajat keluarga. Banyaknya tuntutan dan harapan yang diberikan membuat anak pertama perempuan mendapat tekanan yang cukup besar, sehingga mereka dihantui rasa takut jika tidak bisa mewujudkan semua tuntutan dan harapan yang diberikan kepadanya. 

Anak pertama harus selalu mengalah

Sebagai anak pertama perempuan mereka dituntut untuk selalu bersikap dewasa dalam menghadapi apapun, mereka juga dituntut untuk selalu mengalah dengan adiknya. Saat terjadi pertengkaran antara anak pertama dan adiknya, yang selalu disalahkan oleh orang tua adalah anak pertama.

Orang tua selalu menuntut anak pertama agar bisa mengalah dengan adiknya. Rasanya tidak adil jika anak pertama yang selalu disalahkan dan disuruh untuk mengalah dengan adiknya. Sangat tidak menyenangkan saat kita selalu disalahkan dan dipaksa untuk selalu mengalah.

Dituntut untuk sempurna

Menjadi anak pertama apalagi perempuan tentunya dipenuhi dengan harapan besar dari orang tua. Anak pertama dituntut untuk sempurna, mereka harus bisa melakukan semuanya sendiri. Selain itu, mereka juga dituntut untuk selalu kuat dan tidak boleh lemah. Keberhasilan anak pertama menjadi gambaran jika orang tua berhasil mendidik anaknya dengan baik, untuk itu anak pertama dituntut untuk selalu sempurna agar orang tua dianggap berhasil mendidik anaknya.

Harus selalu terlihat baik-baik saja

Saat sedang terpuruk dan mengalami banyak masalah, anak pertama akan berusaha untuk menyembunyikan dan bersikap seolah semua baik-baik saja. Mereka tidak mau orang lain melihat dirinya lemah, karena mereka ingin terlihat kuat dihadapan banyak orang. Saat malam hari dia menangis diam-diam di kamarnya, dia lelah karena memikirkan tentang masa depan dan capek saat masalah selalu datang menghampirinya.

Anak pertama tidak sekuat yang orang-orang lihat, mereka sering menangis diam-diam di kamarnya. Dia lemah hanya saja dia tidak menunjukkan kelemahannya, dia hanya ingin orang lain melihatnya sebagai orang yang kuat.

Tidak memiliki tempat untuk berbagi

Saat merasa capek dan lelah dengan semua yang terjadi dalam hidupnya seorang anak akan bercerita dengan orang tuanya, tetapi tidak dengan anak pertama. Anak pertama hanya akan memendam semua itu sendiri. Tidak ada tempat untuk berbagi kecuali bercerita dengan dirinya sendiri dan mengadu kepada Tuhan.

Rasanya tidak mudah saat kita membutuhkan tempat untuk berbagi cerita tetapi kita bingung harus cerita dengan siapa. Akhirnya memilih untuk memendam semua itu sendiri dan bercerita kepada Tuhan lewat doa.

Terlahir sebagai anak pertama perempuan adalah sesuatu yang harus disyukuri, artinya Tuhan percaya jika kamu mampu menghadapinya. Walaupun menjadi anak pertama perempuan tidak mudah, karena ada banyak harapan, tuntutan, dan tanggung jawab yang diberikan oleh orang tua. Kalian pasti bisa melewati semua ini dengan baik.

Semoga bahu anak pertama perempuan selalu kuat dalam menghadapi apapun, semoga hatinya bisa setegar karang saat menghadapi masalah. Untuk anak pertama perempuan, tetap semangat dan lanjutkan perjuangan kalian karena ada keluarga yang harus dibahagiakan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE