Zozibini Tunzi: Merubah Narasi Kecantikan Miss Universe

Perempuan harus memberikan yang terbaik untuk dirinya, dan berhak mendapatkan yang terbaik.

Cantik itu putih, cantik itu berambut lurus dan panjang, cantik itu memiliki kaki jenjang, cantik itu langsing, rasanya narasi- narasi terkait standart kecantikan seorang perempuan tersebut sudah sering kita dengar. Bahkan, narasi- narasi tersebut diperkuat oleh televisi yang saban hari, dalam hitungan menit, jam, selalu menampilkan belasan bahkan puluhan iklan dengan narasi-narasi yang sama pula. Mulai dari iklan sabun muka, teh, sabun mandi, lulur, bedak, bahkan minuman.

Advertisement

Sialnya, tak sedikit penonton yang saking terbiasanya akhirnya mengaminin bahwa cantik adalah yang televisi tampilkan, narasi tersebut kemudian secara perlahan, secara sadar atau tidak sadar dilanggengkan. Ketika perempuan tidak seperti apa yang ditampilkan televisi, berarti tidak cantik. Akibatnya, tentu saja memprihatinkan. Body shaming, bullying, bahkan diskriminasi pun kerap menyerang perempuan-perempuan yang secara fisik tidak sesuai dengan standart kecantikan tersebut.            

Dalam berbagi kesempatan, di televisi misalnya, pelanggengan narasi-narasi terkait standart kecantikan tersebut secara masif, terus, dan terus diproduksi. Mereka yang tidak memenuhi standart kecantikan tersebut kerap kali menjadi objek hinaan, objek celaan, objek guyonan, hingga diskriminasi. Bukan sebuah bualan belaka jika akhirnya Zozibini Tunzi perempuan perwakilan Afrika Selatan di ajang Miss Universe 2019 menyatakan pendapatnya terkait narasi-narasi standar kecantikan perempuan yang selama ini berusaha dilanggengkan. Ia mengatakan, saat ini ia tumbuh di dunia, dimana wanita berpenampilan seperti dirinya (berkulit hitam, dengan rambut pendek dan keriting) tidak pernah dianggap cantik. Well, tentu saja apa yang Zozibni katakan adalah sebuah realita yang terjadi di masyarakat, tidak hanya di Indonesia, bahkan di berbagai belahan bumi ini, hal tersebut masih terjadi.            

Berada di antara para kontestan Miss Universe, sebagai seorang perempuan kulit hitam, juga narasi- narasi standart kecantikan media yang mampan, tentu bukan hal yang mudah bagi Zozibini Tunzi. Tapi karena kecerdasannya, kepiawaiannya berbicara, serta keberaniannya dalam mengungkapkan pendapatnya akhirnya membawa Zozibini dinobatkan sebagai Miss Universe 2019, sebuah ajang kecantikan bergengsi dunia. Kemenangan Zozibini tentu menjadi babak baru dari ajang kecantikan yang melibatkan perempuan dari berbagai belahan dunia. Seorang perempuan dengan rambut pendek dan keriting, juga berkulit hitam yang berasal dari Afrika berhasil mendobrak standart kecantikan yang selama ini berusaha dimapankan. Zozibini Tunzil, sebagai peraih mahkota perempuan tercantik di ajang kecantikan tersebut tentu saja telah merubah narasi standart kecantikan yang selama ini dimapankan, khususnya pada pemilihan ratu kecantikan in the world tersebut.

Advertisement

Kemenangan Zozibini, adalah kemenangan kita bersama, kemenangan keadilan, kemenangan kesetaraan. Zozibini mewakili puluhan, ratusan, bahkan ribuan perempuan yang merasa didiskriminasi atas sistem yang tidak adil dalam mendeskripsikan standart kecantikan. Zozibini yang berlatar belakang sebagai advokat dan aktivis perempuan tersebut juga sempat menyampaikan pesan, hal terpenting yang harus diajarkan oleh perempuan saat ini adalah kepemimpinan. Perempuan adalah makhluk paling kuat di dunia, atas dasar itu pula harus diberi kesempatan, tidak malah mengikuti label atau stereotipe masyarakat, untuk menjadi apa dan harus seperti apa.

Dari Zozibini, kita patutnya belajar untuk mencintai diri kita sebagai perempuan. Perempuan harus memberikan yang terbaik untuk dirinya, dan berhak mendapatkan yang terbaik., entah dalam hal pendidikan, kesempatan, and many more. Kita adalah cantik, dan cantik adalah kita. []

Advertisement

 

Wulan Agustina Pamungkas/ Instagram: @wulanagustinapamungkas

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Jurnalis, Freelance, Owner Etnosentris yang suka ngopi dan memandangi pria-pria gondrong

CLOSE