Katanya Biasa, 7 Kalimat Ini Justru Bisa Merusak Mental Hingga Perasaan Anak!

parenting dulu dan sekarang

Perlu banyak trik dan strategi yang harus dikuasai saat menjadi orang tua. Bocor sedikit saja, dampaknya bisa sangat nggak terduga. Kalau hal tersebut nggak terjadi hari ini, mungkin akan menjadi dampak jangka panjang yang justru malah bisa lebih berbahaya. Salah satu trik yang mesti dikuasai adalah yang berkaitan dengan kata-kata dan kalimat-kalimat yang diucapkan di keseharian. Pasalnya komunikasi akan terus terjadi dengan si kecil yang memiliki rasa ingin tahu tinggi serta emosi yang belum sepenuhnya berkembang dengan baik.

Advertisement

Mungkin sedikit banyak pola asuhmu dipengaruhi oleh orang tuamu dulu, namun sepertinya kamu harus mempertimbangkan lagi jika dulunya mereka sering mengatakan hal-hal di bawah ini untuk berkomunikasi. Simak yuk alasannya!

1. Saat anak laki-laki menangis mungkin kamu sering mendengar kalimat “Anak cowok tuh nggak boleh nangis!” yang terdengar biasa saja

Cowok boleh nangis/ CRedit: Pexels via www.pexels.com

Mungkin beberapa orang tua akan menganggap bahwa kalimat ini efektif untuk menenangkan anak laki-lakinya supaya diam. Padahal menangis bukanlah sebuah bentuk kelemahan, justru merupakan sebuah ungkapan emosi. Dilansir dari Halo Doc , jika dipendam terus-terusan karena dianggap kelemahan justru anak akan rentan depresi lo.

2. Kadang mungkin orang tua merasa bahwa anaknya over reaktif jika terjadi sesuatu pada mainannya sehingga akan muncul kata-kata “cuma” mainan

Cuma mainan/ Credit: Pexels via www.pexels.com

Si kecil mungkin mendapatkan mainan itu bukan hanya karena diberikan begitu saja, namun melalui perjuangan untuk mendapatkannya. Sehingga saat mainan tersebut dipinjam anak lain akan muncul rasa kecewa. Orang tua sebaiknya menghindari kalimat “Halah kan cuma mainan.”

Advertisement

3. Keingintahuan si kecil kadang membuatnya ingin terlibat terhadap apa yang dilakukan orang tua, namun kadang kita malah malas ribet dan berkata begini~

Nggak usah bantu/ Credit: Pexels via www.pexels.com

Mengerjakan sesuatu tanpa diganggu si kecil mungkin akan lebih cepat selesai. Namun saat mereka menawarkan bantuan, ada baiknya kamu nggak langsung mengatakan bahwa ingin mengerjakannya sendiri. Pasalnya, ternyata hal ini akan berpengaruh hingga besar nanti di mana saat waktunya mengerjakan berbagai hal, orang tua justru malah harus mengajari karena tak terbiasa.

4. Rasa kepo di masa kecil akan terus hadir, mungkin orang tua yang merasa lelah menjelaskan akan memilih jalan pintas dengan jawaban ini

Hmm, iya/ Credit: Pexels via www.pexels.com

Banyak pertanyaan “mengapa” yang muncul pada anak-anak, makanya orang tua sering bingung menjawab dan akhirnya memberikan jawaban untuk menunggu umur yang sudah dewasa. Hal ini ternyata menimbulkan kekecewaan pada anak dan malah membunuh rasa ingin tahunya. Anak juga mungkin akan bertanya kepada orang lain dengan jawaban yang belum tentu baik untuknya.

5. Membanding-bandingkan adalah hal yang sebaiknya dihindari orang tua. Alih-alih ingin menjadi lebih baik, anak justru jadi rendah diri

Membanding-bandingkan/ Credit: Pexels via www.pexels.com

Mungkin banyak orang tua yang membandingkan pencapaian anak dengan anak lain yang dirasa lebih berprestasi agar anak mau berusaha menjadi lebih baik. Namun, alih-alih melakukan hal tersebut, ternyata hal ini justru bisa membuat anak merasa rendah diri dan terus membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain saat sudah dewasa.

Advertisement

6. Stereotip yang diberikan kepada gender tertentu ternyata justru bisa saja berawal dari keluarga, ternyata dampaknya juga nggak bagus lo

Stereotip/ Credit: Pexels via www.pexels.com

Anak laki-laki biasanya akan melakukan permainan yang penuh petualang dan berani kotor-kotoran, sedangkan saat perempuan akan melakukan hal yang sama ada saja yang memunculkan kalimat di atas. Hal ini ternyata justru memberikan efek memberontak pada anak perempuan di masa yang akan datang.

7. Kalimat-kalimat ini mungkin memiliki maksud candaan, namun efek yang terjadi ternyata jauh dari yang dibayangkan

Credit: Pexel via www.pexels.com

Kalimat “Nanti mama kasih ke om itu” atau “Nanti mama balikin ke panti asuhan” mungkin berisi ancaman dengan maksud bercanda agar anak bersikap manis. Namun, ternyata anak-anak akan ada yang mempercayainya dan saat dewasa ada kecenderungan berpikiran bahwa ia harus bersikap sesuai dengan yang diinginkan orang agar nggak terbuang, yang mana tak bagus juga untuknya.

Kalimat-kalimat tersebut mungkin tanpa sadar juga beberapa kali muncul karena kita tanpa sadar mendengar dari orang tua atau mungkin menganggapnya bercandaan saja. Namun justru setelah ini, kamu bisa belajar untuk nggak melanggengkan kalimat-kalimat di atas. Kalau kamu, kira-kira masih mau pakai kalimat-kalimat di atas nggak, buat si kecil?

Follow Mamin di Instagram @hipweeyoungmom atau gabung ke Support Group di Whatsapp juga yuk. Media curhat yang fun, menghadirkan konten-konten inspiratif dan terpercaya buat para moms #KarenaSemuaIbuBerhakBahagia

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

An avid reader and bookshop lover.

CLOSE