Meski Indonesia Surga Tanaman Obat, Ternyata Ini 3 Alasan Dokter Tak Pernah Resepkan Jamu Buat Pasien

Alasan dokter tak resepkan jamu

Jamu sejak dulu dianggap bermanfaat untuk kesehatan. Hal ini nggak lepas dari fakta Indonesia yang menjadi rumah bagi sekitar 32 ribu tanaman berkhasiat obat. Beragam tanaman ini diklaim bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Mulai dari pegal-pegal, bikin lansing hingga klaim jamu yang bisa bikin lelaki “kuat”.

Kalau memang jamu “cespleng” untuk kesehatan, kenapa dokter nggak pernah meresepkannya kepada pasien, ya? Melansir dari wawancara The Conversation bersama Guru Besar Ilmu Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Erni Hernawati Purwaningsih, ternyata ada beberapa alasan mengapa jamu nggak pernah direkomendasikan sebagai obat. Salah satunya karena para dokter sendiri ternyata masih ragu pada khasiat jamu.

1. Para dokter ragu pada khasiat jamu karena mengandung banyak senyawa kimia yang membutuhkan pengujian kompleks

Jamu memiliki senyawa kimia yang membutuhkan pengujian yang kompleks via www.pexels.com

Jika ingin merunut sejarah jamu di Nusantara, sebagian orang merujuk kepada pahatan yang ada di dinding batu candi Borobudur. Di sana terdapat pahatan yang menceritakan seorang lelaki yang tergeletak di lantai. Lelaki itu dikelilingi beberapa orang yang memijat kepala dan menggosok badannya serta memberi ramuan dari cawan kecil. Pahatan tersebut yang kemudian diklaim sebagai bukti sejarah peradaban jamu.

Meski begitu dianggap sakti mengobati beragam penyakit, Erni Hernawati Purwaningsih mengatakan para dokter sebenarnya masih ragu pada khasiat jamu karena mengandung banyak senyawa kimia, yang mesti melalui pengujian yang begitu kompleks.

“Komposisi dan senyawa (dalam jamu) banyak sekali. Kalau kami ditanya oleh dokter ahli farmakologi bagaimana mekanisme pengujian khasiat jamu, saya nggak bisa jawab. Mekanisme kerjanya banyak sekali”, kata Erni.

2. Kebanyakan jamu yang beredar dan terbukti ampuh mengobati penyakit mengandung bahan kimia obat

Jamu yang beredar di pasaran kebanyakan mengandung bahan kimia obat, nggak murni herbal via lifestyle.okezone.com

Selain keraguan akan khasiat jamu, para dokter masih banyak menemukan efek samping yang diderita pasien setelah minum jamu yang diklaim ampuh mengobati penyakit. Hal tersebut menurut Erni karena jamu yang dianggap sakti, setelah diteliti nggak murni herbal dan mengandung bahan kimia obat.

“Jadi kalau misalkan ada yang minum jamu untuk sakit sendi parah lalu esoknya sudah bisa jalan, pasti jamunya ada “macem-macemnya”. Karena setelah diteliti, isinya bukan hanya jamu tapi dicampur obat konvensional,” tutur Erni.

Praktik nakal para oknum produsen jamu ini yang menurut Erni membuat para dokter makin nggak bisa merekomendasikan jamu, karena membawa banyak efek samping berupa penyakit lain kepada pasien.

3. Jamu digunakan hanya untuk meningkatkan daya tahan tubuh, bukan pengganti obat dokter

Jamu hanya bisa digunakan untuk peningkatan daya tahan tubuh, bukan pengganti obat dokter via www.pexels.com

Erni menjelaskan, yang mesti digarisbawahi adalah jamu digunakan sebagai peningkat daya tahan tubuh, bukan untuk menggantikan obat resep dokter. Karena berdasar penelitian yang ia lakukan, ada beberapa tanaman berkhasiat obat yang secara ilmiah telah terbukti mampu mengalahkan penyakit langka seperti scleroderma ketika diimbangi dengan penggunaan obat resep dokter.

“Dalam pemeriksaan yang dilakukan 54 hari, terbukti kalau obat konvensional kurang baik dan kualitas hidupnya juga jelek. Obatnya itu-itu aja dan nggak ada untuk daya tahan tubuhnya. Sedangkan ketika ditambahkan herbal, efek yang dihasilkan lebih baik. Kekakuan kulit pasien (penderita scleroderma) berkurang drastis,” jelas Erni.

Meski masih banyak keraguan atas khasiat jamu, Erni menjelaskan bahwa banyak tumbuhan berkhasiat obat yang terbukti secara ilmiah aman untuk digunakan sebagai peningkat daya tahan tubuh. Salah satunya ekstrak buah ciplukan yang efektif sebagai pendamping pengobatan scleroderma.

Erni juga menghimbau untuk berhati-hati memilih tumbuhan untuk diolah jadi jamu. Karena beberapa tanaman ada yang saling mirip, seperti sirih-sirihan yang begitu mirip dengan sirih. Sirih-sirihan memiliki efek samping yang berbahaya untuk ginjal dan otak jika dikonsumsi.

Nah, udah terjawab ya, pertanyaan kenapa jamu nggak pernah diresepkan oleh dokter. Memang sih, minum jamu itu nikmat. Tapi jangan asal-asalan, ya. Pilih jamu yang diolah dari tumbuhan yang biasa digunakan sebagai bumbu masak seperti kunyit, salam dan jahe yang sudah diuji toksisitasnya saja biar aman dari efek samping.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

An amateur writer.