Berbobot 110 Kilogram, Bocah Obesitas Asal Karawang Meninggal Dunia. Begini Kronologinya

Bocah obesitas Karawang meninggal

Selama ini, mungkin banyak orang menganggap bocah yang gemuk itu lucu nan menggemaskan, sehingga nggak sedikit orangtua, berusaha supaya anak mereka bisa memiliki badan yang montok, sesuai ‘standar’ lucu yang dipercaya banyak orang. Padahal anak yang terlalu gemuk rawan menderita obesitas. Risiko ke depannya juga sangat berbahaya.

Advertisement

Kasus obesitas pada anak sudah sering jadi bahan pemberitaan media massa. Masih ingat bocah bernama Arya yang mengidap obesitas hingga beratnya mencapai 190 kg? Untungnya kondisi Arya saat ini dikabarkan terus membaik setelah menjalani program diet ketat atas usulan tenaga ahli. Namun, berbeda dengan bocah lain bernama Satia yang juga menderita obesitas. Ia dikabarkan meninggal dunia karena kondisi yang diidapnya.

1. Bocah bernama Satia Putra asal Karawang, mengalami obesitas di usianya yang masih belia, 7 tahun. Kata orangtuanya, berat badan Satia terus mengalami peningkatan sejak disunat umur 3 tahun

Satia dan ayahnya via regional.kompas.com

Satia Putra, anak pasangan Sarli dan Komariyah, menderita obesitas di usianya yang belum genap 7 tahun. Berat badan Satia mulai naik drastis sejak usianya masih 3 tahun, tepatnya setelah disunat. Nafsu makan Satia terus meningkat. Dalam sehari ia bisa makan 6 sampai 7 kali dengan porsi besar, belum termasuk camilan seperti bakso. Kata Sarli, sebelum tidur pun anak laki-lakinya itu selalu minta makan. Jika terbangun jam 12, Satia juga merengek minta makan. Kalau nggak dituruti, dia akan mengamuk, seperti dilansir Kompas .

2. Bulan Juli lalu, Satia sempat dibawa ke RSUD Karawang setelah ia mengeluh kesulitan tidur. Sejak beratnya naik drastis, Satia memang nggak bisa tidur terlentang

Sempat dibawa ke RSUD Karawang Juli lalu via www.liputan6.com

Karena pola makannya yang nggak terkontrol, ditambah kebiasaan sehari-hari Satia yang hanya nonton TV di warung, tubuh bocah itu terus menggemuk. Satia sampai nggak bisa tidur dengan posisi terlentang. Harus dengan bersandar sambil diganjal bantal. Pada bulan Juli lalu, Satia dibawa orangtuanya ke RSUD Karawang setelah ia mengeluh sulit tidur. Hasil observasi tim medis saat itu, Satia mengalami obesitas. Ia cuma diberi obat penurun nafsu makan.

Advertisement

3. Oleh dokter di RSUD Karawang, Satia dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung untuk menjalani pemeriksaan lebih menyeluruh. Tapi keluarganya urung melakukannya

Dirujuk ke RSHS tapi belum dilakukan via news.detik.com

Guna mendapat pemeriksaan yang lebih detil, pihak RSUD Karawang merujuk Satia ke RSHS Bandung. Tapi orangtuanya urung membawa Satia ke sana alasannya karena menunggu pemberkasan administrasi dan kesiapan keluarga. Satia juga sempat ditawari operasi bariatik –operasi penyempitan lambung untuk menekan nafsu makan. Namun, orangtuanya nggak tega melihat Satia yang masih kecil. Pertimbangannya, karena menurut Sarli berdasarkan pemeriksaan dokter RSUD Karawang, anaknya dinyatakan sehat, “hanya” kegemukan aja.

4. Sebelum meninggal, Satia sempat batuk dan dibawa ke puskesmas. Lalu oleh pihak puskesmas dirujuk ke RSHS Bandung. Sayangnya sebelum dibawa ke sana, Satia sudah menghembuskan napas terakhir

Satia akhirnya meninggal dunia via www.liputan6.com

Minggu lalu, Satia sempat merengek minta dibelikan mainan. Kata ayahnya, Satia memang sering meminta mainan. Tapi saat itu berbeda, Satia juga bilang kalau itu yang terakhir. Selain minta dibelikan mainan, Satia juga mengalami batuk dan sesak nafas. Oleh orangtuanya, ia dibawa ke puskesmas, tapi oleh puskesmas disarankan ke RSHS Bandung hari Minggu (29/9). Tapi pada Sabtu (28/9) sore, kondisi Satia sudah memburuk. Baru akan dibawa ke RS malamnya, namun takdir berkata lain, Satia meninggal dunia.

Kini jenazah Satia sudah bersemayam di Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Dusun Cilempung, Desa Pasirjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang. Kasus Satia ini bukan kasus obesitas anak yang pertama di Indonesia. Semoga saja pemerintah punya solusi nyata memerangi obesitas ya, karena kalau dibiarkan justru bisa berbahaya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

Editor

An amateur writer.

CLOSE