Sering Dikira Makan Gaji Buta, Padahal Beberapa Hal Ini Dialami Guru Saat Pembelajaran Jarak Jauh

Catatan Seorang Guru yang Rindu Mengajar

Pandemi Covid-19 yang saat ini masih melanda dunia sangat berdampak terhadap proses pendidikan. Pembelajaran yang mulanya berlangsung secara tatap muka, kini terpaksa harus dilaksanakan secara jarak jauh.

Karena peristiwa wabah ini belum pernah terjadi sebelumnya. Para pihak yang terlibat dalam proses pendidikan dipaksa harus cepat belajar menyesuaikan keadaan. Misalnya, guru dan murid yang awalnya kurang paham bagaimana menggunakan media digital seperti google meet, zoom, dan sebagainya. Kini harus bisa beradaptasi agar bisa menyesuaikan kebutuhan pembelajaran.

Dari sudut pandang guru, ada berbagai dampak positif ketika pandemi. Salah satunya yaitu guru mengantongi ilmu-ilmu baru. Namun, di sisi lain banyak sekali kesulitan yang dialami. Mulai dari segi peralatan hingga pelaksanaan pembelajaran.

Sedihnya lagi, banyak pihak yang mengira kalau guru justru memakan gaji buta gara-gara tidak terlihat aktivitas mengajarnya. Wali murid yang merasa kewalahan membimbing anaknya sering mendesak agar diadakan pembelajaran tatap muka. Tapi, tentunya guru tidak berwenang memutuskan karena bagaimanapun pandemi bukanlah kondisi yang kami inginkan.

Padahal ada beberapa hal yang guru alami ketika pandemi mungkin luput diketahui berikut ini.

Advertisement

1. Waktu Kerja yang Nyaris Tidak Terbatas

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels via https://www.pexels.com

Sebelum pandemi, jam kerja guru rata-rata antara 7-8 jam per harinya. Pulang mengajar, guru bisa melakukan aktivitas lain.

Semenjak pandemi, semua pembelajaran berbasis online. Ketika di rumah pun guru masih mengerjakan pekerjaan mengajar.

Advertisement

Misalnya, merekap nilai atau menjawab pertanyaan murid tentang pembelajaran. Sebab, seringkali murid mengirimkan hasil pekerjaannya sewaktu-waktu.

Bisa pagi buta bahkan tengah malam. Sehingga guru harus selalu siap sedia. Belum lagi tugas tambahan guru selain mengajar juga harus terselesaikan.

2. Sering Miskomunikasi

Advertisement
Photo by Yan Krukov from Pexels

Photo by Yan Krukov from Pexels via https://www.pexels.com

Karena dilakukan secara online, menyampaikan materi dan memantau perkembangan murid menjadi kurang maksimal. Memang ada murid yang disiplin hadir dan mengikuti pembelajaran.

Tapi, tak sedikit pula yang semaunya. Seperti mengabaikan jam pembelajaran dan guru. Jika idealnya jumlah murid yang ikut adalah 30 anak, yang terjadi seringkali hanya 4-5 anak yang siap belajar.

Sisanya, ada yang mengerjakan hal lain. Bahkan ketika dihubungi jalur pribadi. Guru harus ekstra sabar dan mengelus dada kalau chat hanya di-read saja tanpa ada tanggapan lainnya.

3. Menjadi Debt Collector Dadakan

Menjadi Debt Collector Dadakan

Menjadi Debt Collector Dadakan via https://unsplash.com

Untuk memenuhi kompetensi tentunya murid harus mengerjakan tugas yang diberikan guru. Namun, kenyataannya justru ada murid yang tidak mengerjakan sama sekali sehingga guru harus menagihnya berulang kali. Bisa melalui chat, telepon, bahkan mengunjungi rumah murid yang bersangkutan.

4. Terus Belajar dan Menciptakan Inovasi Mengajar

Photo by Wes Hicks on Unsplash

Photo by Wes Hicks on Unsplash via https://unsplash.com

Seperti yang sudah ditulis di awal, bahwa kondisi ini belum pernah terjadi sebelumnya. Sehingga, guru harus terus belajar untuk menemukan formula yang tepat saat melaksanakan pembelajaran.

Misalnya, bagaimana cara agar murid tidak jenuh, kembali antusias, serta paham pada materi pembelajaran. Kemudian guru mencoba menerapkan apa yang dipelajari.

Meskipun gagal saat dilaksanakan pada muridnya, bagi guru itu adalah hal yang biasa. Namun, guru tidak lantas menyerah untuk terus belajar di tengah-tengah pekerjaan lainnya.

Guru juga terus belajar untuk memahami kondisi murid. Bagaimanapun setiap murid berbeda latar belakangnya. Tidak semuanya diberikan kemudahan untuk belajar secara jarak jauh.

5. Rindu Mengajar

Photo by Max Fischer from Pexels

Photo by Max Fischer from Pexels via https://www.pexels.com

Bukan cuma murid yang jenuh saat melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Guru juga merasakannya. Ingin kembali seperti dulu, tapi apa daya.

Apalagi ketika datang ke sekolah hanya ada suasana sunyi. Kelas-kelas yang biasanya ramai dengan canda tawa murid, kini kosong tak berpenghuni. Rasanya rindu sekali mengajar dan bercengkrama seperti sediakala.

Kita semua tentunya berharap pandemi ini segera berakhir. Supaya proses pendidikan bisa berjalan seperti semula. Namun, yang perlu dipahami adalah bahwa pendidikan anak bukan menjadi tanggung jawab guru saja.

Peran orang tua sangat berpengaruh dalam hal ini. Maka dari itu, kerja sama antara sekolah, guru, dan orang tua sangatlah menentukan bagaimana keberhasilan proses pembelajaran.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Lahir 1 Juni di Batang, Jawa Tengah. Seorang guru di SMP Negeri 6 Batang. Menyukai Puisi. Buku kumpulan puisinya berjudul "Senandika Pemantik Api".

CLOSE