Untukmu yang Kini Menggantikan Posisi Ibu Kandungku, Ketahuilah Aku Menyayangimu

Seorang anak pasti tidak mengingikan kehadiran ibu tiri dalam hidupnya. Begitu pun aku. Akan tetapi, Tuhan telah memilihkan jalan yang berbeda untuk keluargaku. Perceraian kedua orangtuaku pada akhirnya ‘memaksa’ ku untuk menerima kenyataan bahwa aku memiliki seorang ibu tiri.

Di usiaku yang kala itu masih kelas TK, apa daya, aku tak bisa berbuat apa-apa. Dan pada akhirnya hak asuh ku dan kakakku jatuh ke tangan ayahku. Sebagai seorang pekerja kantoran, ayahku sudah pasti tidak bisa meluangkan waktunya secara penuh untuk mengurusku.

Kakakku kala itu sudah lulus SMA, sehingga ia bisa mengurus dirinya sendiri. Umurku yang kala itu masih menunjukkan angka lima, hanya bisa melongo saat melihat teman-teman sebayaku pergi ke sekolah di antar oleh ibunya.

 <>1. Kehadiranmu awalnya teramat tidak kusuka
aku membenci kehadiranmu saat di awal

aku membenci kehadiranmu saat di awal via http://dunia.news.viva.co.id

 

Kala itu, ayah mulai mengenalkanmu pada diriku. Sosok perempuan yang akan menggantikan peran ibu kandungku. Artinya, kau akan menjadi ibu tiriku. Ya, ibu tiri. Yang dulu kupahami orang terjahat di dunia yang pernah ada.

Betapa tidak, di usiaku yang saat itu masih terbilang anak-anak, maindsetku tentang ibu tiri memang seperti itu, orang terjahat yang akan hadir dalam kehidupanku. Aku khawatir jika ayah akan lebih menyayangimu daripada aku.

Bisa jadi pula, ayah akan lebih menyayangi anak-anakmu daripada aku dan saudara kandungku. Kau dan anak-anakmu akan merebut ayahku dariku. Aku benci akan hal itu.

<>2. Kupikir kau akan menguasai ayah dan harta keluarga yang ada

Seperti cerita di sinetron yang tayang di televisi, seorang ibu tiri selalu berperan matrealistis, menginginkan harta suaminya agar menjadi miliknya pula. Hal itu pulalah yang sering kali aku dengar dari orang-orang di luar sana.

Banyak yang berbicara, “ibu tirimu hanya menginginkan harta ayahmu”, “ibu tirimu itu nanti pasti minta bagian sawah”, “awalnya ibu tirimu ke sini ngga pakai perhiasan lo, sekarang lihat, dia punya kalung, gelang, cincin. Pasti itu minta dibelikan sama ayahmu” , “itu kakak tirimu dibelikan sepeda baru, kamu jangan mau kalah. Orang yang berhak atas harta ayahmu itu kamu, bukan mereka”, dan masih banyak lagi berita-berita di luar sana yang berkembang dan membuat panas di telinga.

Di usiaku yang saat itu memang masih terbilang anak-anak yang belum tau apa-apa, tak jarang aku menelan mentah-mentah omongan orang di luar sana tentang dirimu. Hal itu semakin membuatku tidak menyukai kehadiranmu dan anak-anakmu dalam keluargaku.

Rasanya aku ingin pergi, agar tak melihatmu dan anak-anakmu lagi. Entah, setan apa yang merasuki diriku sehingga aku teramat tidak senang denganmu. Namun, seiring berjalannya waktu, aku mulai bisa berpikir bahwa kehadiranmu bukanlah untuk meminta harta.

Semenjak aku dan saudara kandungku sibuk dengan urusannya masing-masing, kau lah yang senantiasa menemani hari-hari ayahku di rumah. Kau lah yang memasak dan menghidangkan makanan untuk beliau, kau lah yang menyiapkan segala keperluan kerja beliau, kau lah yang selalu memperhatikan kesehatan beliau, dan kau pula lah yang menghibur serta memberi semangat kepada beliau, seorang pahlawan dalam hidupku. Sungguh, sekarang aku mengerti, kehadiranmu bukanlah agar mendapat bagian harta, tetapi untuk mengabdi kepada ayahku, sebagai teman canda tawanya, menjadi obat pelipur lara baginya.

<>3. Berawal Dari Penolakan, Akhirnya Aku Bisa Mengakuimu Sebagai Ibuku
Kondisi_hubungan_ibu_dan_anak_perempuan

Kondisi_hubungan_ibu_dan_anak_perempuan via http://www.melindahospital.com

Karena memang awalnya aku tak menginginkan hadirnya dirimu dalam keluargaku, wajar saja aku tak mau mengakui keberadaanmu dan anak-anakmu sebagai keluargaku yang baru. Lidahku kelu saat ayah berulang kali menyuruhku untuk memanggilmu dengan sebutan Ibu.

Aku tak mau, karena kau memang bukan ibuku, bukan orang yang melahirkanku. Mungkin kau tak suka dengan perlakuanku kepadamu. Namun, hal itu tak pernah menjadi masalah bagiku kala itu.

Hingga suatu saat aku sadar, ayahku sangat menyayangiku. Ayah tidak mau anak gadis satu-satunya tidak memiliki ibu, sehingga ayah memutuskan untuk menikahimu dan menjadikanmu sebagai ibuku. Enam tahun lamanya aku membisu, tak bisa memanggilmu Ibu.

Hingga saat itu tiba, aku mengikhlaskan hati, untuk pertama kalinya aku memanggilmu “Ibu” tepat di hadapanmu dan ayahku. Aku tak tahu, kekuatan apa yang mendorongku untuk mengatakan kata itu. Kata yang selama bertahun-tahun tak bisa kuucapkan untukmu, kata yang bisa membuat lidahku kaku secara tiba-tiba.

<>4. Kini, Aku Telah Memberikan Separuh Hatiku Demi Mencintaimu Layaknya Ibu Kandungku
Cinta antara ibu dan anak perempuannya

Cinta antara ibu dan anak perempuannya via http://www.merdeka.com

Kini, statusmu sebagai ibu tiriku tak pernah aku permasalahkan lagi. Tak ada kata malu bagiku saat menceritakan kehidupan keluargaku kepada teman-temanku. Tak ada kata malu pula saat aku memperkenalkanmu kepada teman-temanku yang secara tidak sengaja kita temui di jalan atau di pusat perbelanjaan.

Dulu, melihatmu saja rasanya ogah-ogahan, namun sekarang aku mulai membuka pikiran dan hatiku untuk tetap ada di saat kau membutuhkan bantuanku. Dalam hati kecilku, aku ingin lebih dekat denganmu, seperti kedekatanku dengan ibu kandung yang melahirkanku.

Aliran darah dalam tubuhku memang tidak berasal dari darahmu, sehingga wajar saja jika kita tidak memiliki ikatan batin yang kuat. Namun, hal itu bukanlah suatu penghalang bagi kita untuk membangun sebuah chemistry antara ibu dan anak, walaupun statusnya sebagai anak tiri dan ibu tiri.

Tak mengapa bagiku jika kata “tiri” masih selalu melekat di belakang kata anak dan ibu, karena kata hanyalah sebatas kata, penjelas hubungan antara kita. Saat ini harus ku akui, aku telah kehilangan separuh hatiku demi mencintaimu. Kali ini bukan karena paksaan dari ayahku, tetapi cinta yang tulus dari hati sanubariku, cinta seorang anak kepada ibu.

<>5. Demi Ayah dan Demi Keutuhan Keluarga Kita, Tetaplah Tinggal Agar Kita Bisa Berbagi Rasa

Jalan hidup yang telah digariskan Tuhan memang begitu indah. Ia menghadirkan lentera kala api yang membara telah sirna. Demikian pula, Ia menghadirkan dirimu untuk ayahku, seorang super hero terhebat yang pernah ku temui.

Ayah dan ibu kandungku mungkin memang ditakdirkan berjodoh hanya untuk beberapa waktu saja, dan Tuhan ‘memisahkan’ keduanya dalam sebuah sidang perceraian. Namun, itu tak berarti Tuhan memberikan hukuman kepada ayah dan ibu kandungku.

Ia memiliki rencana yang jauh lebih bermakna dan berharga di balik itu semua. Mungkin Tuhan berkehendak, bahwa jodoh sejati ayahku adalah dirimu. Maka dari itu, dengarlah wahai Ibu, demi ayah tetaplah tinggal di sisi kami. Aku ingin berbagi cerita cinta, canda, tawa, dan air mata. Sesekali, ajaklah aku bicara.

 

Dariku, seorang anak tiri yang dulu sangat membenci dan sempat tidak mengakuimu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang yang ingin menjadi penulis, dan masih terus belajar untuk menulis. Bercita-cita untuk melanjutkan studi ke Negeri Kincir Angin, Belanda.

21 Comments

  1. Liina Marisha berkata:

    Ketika aku mmbaca tulisanmu,, aku bngung kerna apa yang kamu alami kini aku alami,, aku ngga mau ayahku mnikah lagi tapi aku sadar itu ngga mungkin krna aku ingn mlihat ayahku bahagia aku harus bagaimna?

  2. Ketika aku membaca tulisanmu, aku jadi teringat ketika aku menghadapi anaktiriku yang tidak bisa menerimaku sebagai ibu tirinya karena ibu kandungnya telah bercerai jauh sebelum saya mengenal ayahnya . Saya tak bisa menahan airmata betapa aku rindukan / harapkan dari anaktiriku memiliki hati dan jiwa seperti mu karena sampai saat ini kami belum memiliki anak. .Alhamdulillah Allah telah membukakan mata hati anda untuk dapat menerrima istri dari ayahmu. karena tidak semuanya ibu tiri itu jahat.

  3. Alangkah baiknya jika dalam melihat persoalan tidak hanya dari salah satu sudut pandang saja, Mbak. Dipertimbangkan baik dan buruknya, jika sekiranya lebih dominan baiknya dan mungkin Mbak yakin bahwa dengan Ayah Mbak menikah lagi akan lebih memberikan manfaat, saya kira tidak masalah Mbak.
    Semoga selalu diberikan yang terbaik oleh Allah 🙂

  4. Bagi saya memang sangat berat awalnya memiliki seorang ibu tiri. Akan tetapi, saya juga harus ikhlas jika ini takdir yang Allah berikan untuk keluarga kami.
    Semoga putri Ibu bisa menerima dan menyayangi Ibu, dan semoga Ibu sekeluarga selalu diberi keberkahan oleh Allah SWT 🙂

  5. Jasmine Az-zahra berkata:

    Terharu membaca tulisan anda, betapa bersyukurnya memiliki anak tiri seperti anda.
    Ketika saya menghadapi anak tiriku yang belum bisa menerimaku, selalu saya berdo’a dan tak bisa menahan air mata betapa aku rindukan dan harapkan dari anak tiriku untuk bisa menerimaku, mengapa dia tidak bisa memiliki rasa, hati dan jiwa seperti anda.

    Tidak semua nya ibu tiri itu jahat, bahkan saya bisa menjadi ibu yang lebih baik dari ibu kandungnya, tapi semua di mata nya selalu salah.
    Aku ingin dekat dengan nya, membelai hatinya dengan lembut tapi dia yang selalu berlaku kasar hingga aku yang selalu mengalah 🙁

    setiap hari sayalah yang memasak dan membawa bekal untuk sekolahnya, menyiapkan pakaian sekolah dan ketika dia pergipun saya yg menyiapkan, menyediakan fasilitas apapun yg dia nikmati, hingga hal kecilpun selalu aku lakukan untuknya dan sayapun tidak pelit uang kepadanya, Mungkin dimatanya masih selalu salah 🙁

    Ibu kandungnya tak pernah sedikitpun menyiapkan keperluan sekolah, tak memberikan uang jajan sedikit pun meski ibu kandungnya sudah menikah dg laki-laki lain. ibu kandungnya selalu berkata jelek dan kasar ke anaknya dan ibu kandungnya pun selalu menjelek-jelekkan saya sebagai ibu tirinya.

    Seandainya anak saya seperti anda, rasa syukur tak kan pernah berhenti saya ucapkan kepada sang Maha Pencipta.

  6. Mungkin Allah belum membukakan hati anak tiri Ibu. Semua memang butuh waktu, semoga suatu saat anak tiri Ibu bisa menghargai kasih sayang Ibu dan menerima Ibu dengan setulus hatinya.

    Dulu, Ayah saya menikah lagi ketika saya masih kelas 3 SD, dan waktu itu bagi saya memang berat memiliki seorang Ibu tiri, sehingga saya sempat tak mengakui beliau. Baru ketika SMA, perlahan saya mulai belajar untuk menghargai kehadiran beliau. Bagaimana pun, beliau sangat berjasa dalam hidup saya. Saya tidak bisa membayangkan seandainya Ayah saya dulu tidak menikah lagi, mungkin saat ini Ayah saya merasa kesepian tiada teman berbagi cerita di rumah, karena anak-anaknya kebetulan di luar kota semua. Inilah yang sangat saya syukuri, bahwa kehadiran ibu tiri tak selalu membawa petaka atau bencana dalam keluarga, karena masih ada ibu tiri yang memang benar-benar mengabdikan dirinya untuk keluarga, untuk suami, dan untuk anak-anaknya, meskipun anak-anaknya itu bukanlah darah dagingnya sendiri.

  7. Rismauli Pratiwi berkata:

    (Izin share ya, Mbak Mila)

    Halo..
    Perkenalkan saya Rismauli. Saat ini saya sedang menyusun skripsi untuk menyelesaikan program S1 disalah satu universitas swasta di Jakarta. Saya membutuhkan partisipan dengan kriteria sebagai berikut:
    1. Seseorang yang melakukan pernikahan pertama dengan seorang duda.
    2. Sudah berstatus sebagai ibu tiri.
    3. Tinggal bersama dengan anak tiri.
    4. Lama pernikahan kurang lebih 5 tahun.
    5. Berdomisili di Jakarta
    6. Bersedia untuk diwawancarai
    Jika ada diantara Ibu, Bapak, Kakak, Abang, dan Adik yang memiliki saudara tiri atau mengalaminya sendiri. Saya tertarik untuk mewawancarai subyek tersebut. Jika ada yang bersedia untuk membantu saya dan bersedia untuk saya wawancarai silahkan menghubungi melalui salah satu kontak berikut ini. Nomor Hp: 089648820283 / Line id: RismauliPratiwi / Email: rismaulipratiwi@yahoo.com atau bs juga langsung DM ke Fb saya.
    Atas bantuan dan partisipannya saya ucapkan terimakasih..

CLOSE