Mungkinkah Kita Bahagia jika Tidak Berekspektasi?

Ekspektasi cenderung berfokus kepada keinginan pribadi kita yang berarti ekspektasi bersifat egosentris. Misalnya, kita berekspektasi tentang nilai yang akan kita dapat, tentang hasil pekerjaan kita, tentang perasaan seseorang, dan semua yang berkaitan dengan keinginan kita yang dapat membuat kita bahagia.

Advertisement

Saat berekspektasi kita akan sulit mempertimbangkan sesuatu, kita akan selalu berfokus kepada hasil yang kita inginkan. Kita akan menebak-nebak seperti apa hasil yang nanti akan kita dapatkan. Lalu, apakah itu baik untuk kita? Bagaimana cara agar tidak terlalu berekspektasi?

Apakah lebih baik jika tidak berekspektasi?

Mungkin banyak dari kalian yang menyimpulkan bahwa jika kita tidak berekspektasi maka kita akan bahagia. Menurut akun TikTok Koko Mas Filsuf, memang ketika kita tidak punya ekspektasi atau harapan, itu akan membuat  kehidupan kita lebih stabil. Kita tidak akan kecewa dengan peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, tetapi itu akan membawa kita pada jurang kehampaan. Jadi, pada akhirnya berekspektasi atau tidak akan membawa kita pada penderitaan yang hampir sama, yaitu kecewa ketika kita berekspektasi dan hampa ketika kita tidak berekspektasi.

Advertisement

Jadi, lebih baik kecewa karena berekspektasi atau hampa karena tidak berekspektasi? Menurut akun TikTok Koko Mas Filsuf, pakai analogi. Kalian lebih nyaman untuk tinggal di sebuah ruangan yang banyak perabotnya tapi berantakan, atau kalian tinggal di rumah yang kosong tidak ada apa-apa sama sekali? Dari kata di atas kita bisa mengetahui bahwa semua keputusan ada di tangan kita, apa yang akan kita dapat sesuai dengan apa yang kita lakukan. Pada akhirnya semua kembali kepada pilihan masing-masing.

Jadi bagaimana agar kita tidak terlalu kecewa atau terlalu hampa?

Advertisement

Ketika kita tidak berekspektasi kita mengharapkan kebahagiaan karena kita tidak kecewa dengan hal yang kita ekspektasikan atau bisa dibilang kita tidak peduli dengan hal itu. Jadi ketika kebahagiaan datang dari ketidakpedulian itu namanya egosentris. Bagaimana cara mengatasinya?

Stoikisme mengajak kita untuk peduli dan memahami apa yang ada di dalam diri kita dan apa yang ada di sekitar kita, karena menurut Ferry Irwandi dalam video chanel Youtubenya, Stoikisme itu aliran filsafat yang membantu kita untuk mengontrol emosi negatif, lalu melipat gandakan kebahagiaan dan rasa syukur yang kita rasakan. Dari kutipan di atas kita hanya harus mengontrol diri kita sendiri dengan menerapkan stoikisme.

Mengontrol diri pun terbagi menjadi dua bagian, yaitu dimensi internal dan eksternal. Apa itu dimensi internal dan eksternal? Dimensi internal adalah segala sesuatu yang berada dalam kendali kita secara penuh seperti komitmen yang kita buat. Sedangkan dimensi eksternal adalah hal-hal yang di luar kendali kita yang sama sekali tidak bisa kita kontrol seperti penilaian orang lain.

Sekian yang bisa saya sampaikan tentang ekpektasi yang menjadikan kita egosentris. Sampai bertemu di lain hari, dengan pembahasan yang menarik lainnya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE