Perpisahan Selalu Menyisakan Hal-hal yang Tak Bisa Begitu Saja Selesai untuk Dirapikan

Hal-Hal Menyakitkan Selepas Perpisahan

Pertemuan dengan seorang yang kita sayangi adalah hal membahagiakan dalam hidup, memiliki kesan-kesan istimewa saat awal jumpa, malu-malu tapi rindu, lama-lama jadi makin cinta, jadi makin takut kehilangan. Tapi seringkali kita lupa jika tiap pertemuan, punya pasangan bernama perpisahan. Menyakitkan, memang. Setelah mungkin bertahun-tahun menjalani kebersamaan tiba-tiba harus dipisahkan, entah alasannya apa. Tapi yang pasti takdir selalu memiliki caranya sendiri.

Advertisement

Masa-masa yang begitu indah itu tiba-tiba saja berubah, pertengkaran, saling menyalahkan, tangisan mengawali awal perjalanan panjang penuh kesedihan, entah untuk yang meninggalkan, ditinggalkan atau bisa jadi keduanya harus menyimpan dan merahasiakan luka yang sama. Awal perpisahan ialah keadaan paling menyakitkan, hal-hal yang biasa terjadi harus tak pernah ada lagi, lenyap tiba-tiba, tak lagi bisa diubah kenyataannya.

Yang dulunya sering bertanya Lagi apa? Lagi di mana? Sudah makan? kini pertanyaan itu tak pernah terdengar lagi. Yang dulu suka menemani ke mana pun pergi, yang selalu meluangkan waktu untuk mendengarkan ceritamu soal teman kerjanya, teman kuliahnya, teman kosannya, yang selalu memberimu kejutan entah itu di hari ulang tahunmu atau mungkin di hari-hari spesial dalam hidupmu. Kini, ia tak ada lagi. Ia sudah berubah sudah tak bersama lagi, sudah jadi milik orang lain.

Kenangan-kenangan semacam itu seringkali membuat seseorang butuh waktu lama untuk sembuh, untuk berdamai dengan diri sendiri, untuk bisa menerima kenyataan jika pada akhirnya sudah tak bisa lagi sejalan. Air mata pelan berjalan, diusap dengan kedua tangan, ditahan untuk tak pernah jatuh, mencoba kuat meski rapuh, mencoba baik-baik saja meski perih pada akhirnya.

Advertisement

Hari-hari penuh nyeri terpaksa dijalani sambil sesekali mengkhayal ia akan kembali, ia akan kembali menemani, bulan-bulan dilalui dengan tak bersamanya lagi, tak ada tawanya lagi. Bahkan ada yang bertahun-tahun bertahan untuk seseorang yang sudah merayakan kebahagiaannya di pelaminan.

Tak ada lagi dering ponsel yang mengabari jika ia sudah sampai rumah, mengingatkan untuk makan, jaga kesehatan, canda tawa, bercerita tentang dekorasi pelaminan, tamu undangan, dan khayalan-khayalan yang terjadi setelah pernikahan yang ternyata dia justru memilih orang lain untuk menemani hidupnya.

Advertisement

Yang dulu berteman di semua media sosialnya, memamerkanmu pada seluruh temannya. Kini, isinya hanya kemesraan ia dengan orang lain, tak pernah ada kamu lagi. Atau ada di titik di mana ia harus memblokir semua media sosialmu. Ketika dulu sama-sama takut kehilangan, ketika dulu sama-sama saling merindukan, ketika dulu sama-sama berharap bersama selamanya. Hari itu, ia pun harus pergi dari hidupmu, dari malam-malam panjangmu, dari rencana-rencana indah itu.

Barang-barang yang pernah ia berikan, kini hanya merupa mesin waktu yang kadang mengembalikan rasa sakit. Foto-foto yang masih tersimpan di galeri, sudah merupa sampah yang sesekali masih membuat air mata tumpah. Pesan-pesan lama sesekali dibaca untuk meredakan rindu meski harus berujung pilu.

Dan pada akhirnya, sekuat apa pun bertahan yang seharusnya pergi akan tetap pergi. Sekuat apa pun perasaan yang seharusnya hilang akan tetap hilang. Kita manusia dengan segala rencana indahnya, tapi Tuhan sudah punya ketentuan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Nikmati hidupmu.

CLOSE