Aku Pergi Bukan Karena Jahat, melainkan Semata Hanya Karena Aku Takut Sekarat

aku pergi bukan karena jahat

Dijemput oleh dua pilihan yang menjadi dilema adalah hal yang wajar. Tidak ada satu pun pilihan yang benar-benar bersih dari risiko. Namun inilah yang berguna untuk menguji kedewasaan manusia. Dari pilihan yang berbau dilema inilah Tuhan hendak memahamkan kita akan sesuatu yang terbaik di antara yang baik. Atau yang paling sedikit keburukannya di antara yang buruk.

Advertisement

Tega tidak tega salah satu harus tumbang dan tersingkir. Mau tidak mau mungkin akan ada yang kecewa dan merasa tersakiti. Tetapi apa pun yang kamu yakini dalam hidup, maka lakukanlah. Terkadang orang lain menilai bahwa kita terlalu jahat. Mereka berpikir dari sisi yang berbeda.

Maka wajar saja bila kita dianggap jahat. Meninggalkan memang jauh lebih berat ketimbang harus hadir dan mulai berkenalan. Segala cerita telah melekat. Bahkan perasaan yang tak pernah terencana bersemi sejak hari berganti hari. Namun maaf bila pada akhirnya harus terpisah.

Katakanlah, "Aku pergi bukan karena jahat. Aku pergi karena aku takut sekarat. Sekarat dalam hati yang tak lagi semangat. Sekarat dalam keliru yang menjerat. Dan sekarat dalam rasa yang memang telah mengarat.

Advertisement

Jangan mengutukku, karena suatu hari kamu pun akan mengerti ketika dirimu sendirilah yang harus pergi. Sebelum separuh diriku benar-benar sekarat. Sebelum segala impianku pun ikut sekarat. Maka aku putuskan untuk pergi dan berlari. Apapun yang memberatkanmu tentangku, lepaskanlah. Apapun yang terasa mengikatmu kepadaku, lepaskanlah. Apa yang mendilemaku sungguh lebih berat dari sekelumit kisah yang terlihat.

Sungguh pergulatanku dengan nurani lebih pelik dari sekedar kata yang dapat terucap. Maka harus kukatakan lagi bahwa aku pergi bukan karena aku jahat padamu. Namun karena aku tak mau hati ini sekarat. Ini bukan pil pahit yang harus aku telan semuanya. Ini tentang memilih mata angin yang akan membawaku kepada kehidupan baru dan tentu tak akan mematikan jiwa dan hatiku.

Terdengar dalam dan sulit untuk dihadapi. Namun suatu hari kamu hanya akan mengingatnya sebagai hal yang pernah terjadi. Dan kelak semua tidak akan terlalu membebani lagi.  Kabar yang mungkin tak terduga adalah kamu menyesal telah pergi, namun kamu akan lebih sial jika tetap tinggal. Karena saat itu kamu biarkan hatimu remuk atas apa yang tetap kamu jalani. Kamu akan merugi karena tak mendengar bisik nurani dalam diri.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

une femme libre

CLOSE