Jangan Dibohongi, Anak Justru Harus Tahu Saat Hewan Kesayangan Pergi

Hewan peliharaan

Orang dewasa sering menganggap anak kecil sebagai makhluk yang harus dilindungi dari segala kesedihan dan kesengsaraan dunia. Jadi tak heran kalau orang tua sering menyembunyikan berita duka dari anak mereka–yang katanya demi kebaikan si anak.

Contohnya saat hewan peliharaan mereka mati. Tak jarang beberapa orang tua langsung berinisiatif untuk membohongi anak tentang kabar duka ini. Mereka mungkin akan bilang kalau hewan peliharaan mereka sedang ditidurkan atau cuma sakit biasa.

Sikap ini ternyata tidak baik untuk anak-anak. Artikel di situs Medical Daily menyebutkan bahwa bohong tentang kabar duka ke anak akan menimbulkan efek negatif. Dan sebaliknya, jujur tentang kematian hewan kesayangan justru akan memberikan banyak efek positif untuk psikologis anak.

Nah, apa saja efek negatif dan positif yang bisa muncul? Simak yuk ulasan lengkapnya berikut ini.

Advertisement

1. Bohong bisa membuat anak nggak percaya orang tua

Photo by Josh Willink on Pexels

Photo by Josh Willink on Pexels via https://www.pexels.com

Medical Daily menuliskan pengakuan seorang warga Minessota, Amerika Serikat bernama John P. Di usianya yang sudah menginjak 37 tahun, John masih ingat kebohongan orang tuanya tentang anjing mereka yang bernama Penny.

Saat John kecil, Penny menderita Meningitis dan divonis usianya tidak lama lagi. Jadi ketika pulang dari les karate, John meminta sang ayah untuk mengantarnya menjenguk Penny. Tapi ayah John tidak menurutinya dan berkata bahwa Penny hanya ditidurkan, bukan mati.

Advertisement

Sejak saat itu, John mengaku tak bisa memercayai ayahnya. “Aku meminta ke ayah untuk menjenguk Penny dan mengucapkan selamat tinggal karena dokter bilang dia akan mati. Ayah janji bakal nganter aku. Saat pulang dan lewat tempat Penny dirawat, ayah tidak berhenti. Sejak saat itu, aku tidak memercayainya lagi,” kata John.

Jadi, jangan coba-coba membohongi anak yah. Sebagai gantinya, mungkin kita bisa memilih kalimat sederhana yang mudah di mengerti oleh anak saat menyampaikan kabar kematian hewan peliharaan kita. Biar mereka juga tahu bahwa ada saatnya kita akan berpisah dengan sosok yang kita cintai.

2. Manfaat psikologis bagi anak yang pernah merasa kehilangan

Advertisement
Photo by Leah Kelley on Pexels

Photo by Leah Kelley on Pexels via https://www.pexels.com

Kematian hewan peliharaan bisa menjadi sarana pertama anak-anak untuk tahu tentang realitas dunia yang kejam. Biarkan mereka belajar mencintai dan merasa kehilangan lewat kematian hewan kesayangan mereka. Ini bisa berdampak baik untuk gejala psikopatologis pada anak.

Penelitian yang dilakukan oleh Rumah Sakit Umum Massachusetts di Boston, Amerika Serikat menunjukkan bahwa anak yang pernah mencintai dan merasa kehilangan memiliki lebih banyak gejala psikopatologis dibanding mereka yang pernah mencintai tapi tak pernah kehilangan.

Yang di maksud gejala psikopatologis di sini meliputi perubahan suasana hati, perubahan kebiasaan makan, kesulitas berkonsentrasi, dan banyak lagi. Penelitian ini dilakukan pada lebih dari 6000 anak sejak lahir hingga umur 7 tahun.

3. Biarkan anak bersedih demi kesehatan mental saat dewasa

Photo by Lucas Pezeta on Pexels

Photo by Lucas Pezeta on Pexels via https://www.pexels.com

Dengan jujur tentang kematian hewan peliharaan, orang tua bisa mengajarkan nilai-nilai kehidupan pada anak. Salah satunya adalah tentang hubungan duka dan rasa cinta. Medical Daily menuliskan bahwa duka merupakan bagian dari mencintai seseorang atau sesuatu.

Duka yang muncul pada anak akibat kematian hewan peliharaan mungkin lebih besar dibanding pada orang dewasa. Dalam artikel yang diterbitkan di Euro Child and Adolscent Psychiatry disebutkan jika duka dan kesedihan ini tidak ditangani, hal itu dikhawatirkan bisa menimbulkan gangguan kesehatan mental saat dewasa nanti.

4. Anak jadi lebih paham cara menghadapi emosinya sendiri

Photo by Helena Lopes on Pexels

Photo by Helena Lopes on Pexels via https://www.pexels.com

Karena anak sudah dibiarkan paham tentang duka dan kehilangan, orang tua harus membantu untuk mencari cara menghadapi perasaan tersebut. Psikolog berlisensi dari Cranburry, New Jersey bernama Dr. Scott A. Roth, Psy., menyarankan beberapa cara yang bisa membantu anak menghadapi kesedihan.

“Biarkan anak mengekspresikan perasaan mereka dengan bebas. Mengingat kenangan positif dari hewan peliharaan juga bisa membantu,” kata Dr. Scott. “Anak-anak kecil bisa menggambar atau membuat kotak memori. Anak-anak yang lebih besar bisa (meluapkannya dengan) menulis tentang hewan peliharaan mereka di jurnal atau lembar memo. Ada sesuatu yang sangat terapeutik tentang membuat ingatan permanen soal hewan peliharaan mereka.”

Hal ini bisa mengajarkan anak untuk mengenali emosi dalam diri mereka dan bagaimana cara menghadapinya. Mereka jadi tahu apa saja yang harus dilakukan ketika mengalami masa-masa sulit dalam hidup.

5. Dari kehilangan, anak belajar menghargai apa yang dimiliki

Photo by Ketut Subiyanto on Pexels

Photo by Ketut Subiyanto on Pexels via https://www.pexels.com

Dalam artikel Medical Daily dituliskan bahwa keluarga Susanne Gilliam (63 tahun) di Massachusetts, Amerika Serikat mengambil sikap berbeda saat hewan peliharaan mereka mati. Alih-alih ditutupi, mereka justru kumpul bersama untuk mengenang anjing mereka yang bernama Shetland.

Susanne dan keluarga melihat kembali foto serta video mereka bersama Shetland saat masih hidup. “Ketika kamu semua berkumpul di rumah, kami mengelilingi meja dapur sambil berlinang air mata. Perlahan kami mulai saling mengingatkan tentang ‘ingat enggak waktu (masih bareng Shetland)’,” kata Susanne.

Hal ini sepertinya bisa menjadi sarana yang baik untuk mengajak anak lebih menghargai apa yang mereka miliki saat ini. Mereka yang sudah pernah merasakan kehilangan agaknya lebih mudah untuk menghargai apa yang mereka punya—selagi masih ada.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

treat people with kindness

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE