7+ Hal di Tahun 2017 yang Harus Direnungi, Biar Kelak Kamu Tak Jatuh Di Lubang yang Sama

Tahun 2017 sudah berakhir. Selama satu tahun tersebut banyak peristiwa yang menarik perhatian di sekelilingmu. Dari sekian peristiwa yang terjadi setahun ini, banyak yang membuat kamu bangga. Mulai dari pencapaian karir hingga kancah internasional sampai penemuan-penemuan karya anak bangsa. Namun banyak juga peristiwa yang buat semua orang miris hingga mengelus dada. Tak perlu disebutkan satu per satu karena mungkin tak terhitung jumlahnya.

Advertisement

Jika belajar dari kesuksesan dan prestasi sudah menjadi hal biasa, tulisan ini akan mengajak kamu untuk melakukan hal yang sebaliknya. Berikut Hipwee rangkumkan, beberapa hal di tahun 2017 yang bisa dijadikan bahan renungan untuk mengintrospeksi diri. Agar di kemudian hari, kamu bisa belajar dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

1. Masih ingat kasus penipuan biro perjalanan umrah? Harusnya itu mengingatkan kamu agar tak memupuk sifat serakah yang hanya akan membawa masalah

Serakah! via www.unsplash.com

Pertengahan tahun 2017, publik dihebohkan dengan terbongkarnya kasus penipuan yang melibatkan sebuah biro perjalanan umrah. Setelah diusut, penipuan dengan iming-iming biaya perjalanan umrah dengan harga miring tersebut terjadi karena keserakahan akan kekayaan.

Serakah memang salah satu sifat yang berbahaya. Sebab mampu menggerogoti diri dari dalam secara pelan-pelan. Selain itu, sifat serakah yang terus diperlihara bukannya membawa kita pada kesuksesan, tapi justru hanya akan membawa masalah. Seperti sang pemilik biro perjalanan tersebut yang dulu dikenal sebagai milyarder dan pengusaha sukses. Namun kini justru mendekam di balik jerusi besi karena ulahnya sendiri.

Advertisement

2. Maraknya berita hoax dan tertangkapnya sindikat penyebar ujaran kebencian, membuatmu belajar berhati-hati dan jeli dalam menyerap informasi

Jeli dan waspada via www.unsplash.com

Hadirnya internet dan media sosial memang memudahkan kehidupan manusia. Tapi setiap hal memiliki sisi baik dan buruknya. Sisi buruk dari media sosial ini adalah kerap kali dimanfaatkan sebagai alat untuk menyebarkan berita hoax dan ujaran kebencian lainnya. Masih cukup segar di ingatan bagaimana masyarakat di buat gempar dengan tertangkapnya sindikat penyebar kebencian. Sindikat tersebut menawarkan jasa untuk menyebarkan berita hoax dan ujaran kebencian yang dapat memecah belah bangsa sendiri.

Dari tertangkapnya sindikat tersebut, kamu bisa ambil pelajaran bahwa tak semua berita yang beredar di media sosial itu benar adanya. Kamu perlu cek sumber dan kebenaran sebelum klik tombol share pada lini masa. Kejelian dalam menerima dan menyerap informasi mutlak diperlukan pada era digital seperti sekarang ini.

3. Tahun 2017 juga banyak kasus persekusi yang terjadi. Bukti nyata bahwa rasa kemanusiaan mulai terkikis di era serba digital ini

Advertisement

Mulai terkikis via www.unsplash.com

Masih ingat dengan peristiwa seorang lelaki yang tewas dibakar karena dituduh mencuri? Peristiwa tersebut memang miris untuk dibaca ataupun didengarkan. Namun yang lebih miris lagi adalah bagaimana kondisi moral dan rasa kemanusiaan masyarakat kita yang mulai terkikis ini. Jika mengambil contoh kasus persekusi tersebut, korban dianggap telah mencuri sebuah barang yang nilainya jauh lebih kecil dari nyawa. Namun nahas, masyarakat di sekitarnya saat itu meminta balasan yang sungguh di luar logika.

Sebagai masyarakat yang katanya agamis dan punya toleransi tinggi, apakah tidak malu jika rasa kemanusiaan digadaikan dengan emosi?

4. Kasus plagiasi yang marak terungkap di tahun 2017 ini juga harus membuatmu belajar, bahwa mengakui karya orang lain sangat tidak elegan

Plagiasi via www.unsplash.com

Mulai dari siswi SMA yang viral karena ‘maha karyanya’ sampai tenaga pendidik yang ketahuan mencomot karya orang lain tanpa izin, merupakan sederet kasus plagiasi yang terjadi di sepanjang tahun 2017. Dari sekian banyak peristiwa plagiasi, yang dilakukan seorang siswi SMA ternyata yang paling menarik perhatian. Mungkin hal itu disebabkan karena tak hanya sekali dia terjerat kasus plagiasi, tapi sudah berulang kali.

Dari beberapa kasus plagiasi tersebut, bisa kamu jadikan bahan pelajaran bahwa mengakui sesuatu yang bukan miliknya adalah tindakan yang tak elegan. Apalagi jika sampai dilakukan kamu yang mengaku berpendidikan. Meski menciptakan sebuah karya yang baru itu tak mudah, toh masih ada banyak tombol selain ctrl+c dan ctrl+v bukan?

5. Bullying atau perundungan yang dijadikan bahan lucu-lucuan. Semoga generasi selanjutnya makin terbuka bahwa tindakan tersebut dapat merusak mental

Perundungan via www.unsplash.com

Setiap orang memiliki perbedaan masing-masing. Dari perbedaan yang ada seharusnya membuat kamu semakin kaya. Bukan malah dijadikan sebagai bahan lucu-lucuan yang berakhir dengan tindakan perundungan. Di sepanjang tahun 2017, banyak terjadi kasus perundungan baik yang melibatkan anak sekolah sampai orang dewasa.

Dari kasus perundungan yang terjadi, seharusnya menjadi bahan introspeksi bahwa tindakan tersebut jauh dari sekadar lucu-lucuan. Sebab dampaknya bisa ekstrem dan menyangkut mental serta kelanjutan hidup seseorang. Semoga kamu dan generasi selanjutnya mempunyai pikiran yang terbuka tentang perundungan yang kurang pantas disandingkan dengan becandaan ini.

6. Peristiwa ‘kebal hukum’ salah satu petinggi negeri ini patut dijadikan pelajaran. Bahwa lari dari masalah hanya akan buatmu dicap sebagai pecundang

Lari dari masalah via www.unsplash.com

Mungkin tanpa perlu disebutkan namanya, kamu sudah paham benar kasus siapakah ini. Kasus seakan ‘kebal hukum’ ini memang lucu dan terkesan tak masuk akal. Berkali-kali dijerat, tapi selau bisa kabur dengan berbagai drama. Drama yang terakhir bahkan sampai membuat masyarakat membelokkan simpatinya ke tiang listrik yang turut menjadi korban. Dari kasus petinggi tersebut, kamu bisa belajar bahwa ada baiknya sifat pecundang tak dipupuk dalam diri. Malu rasanya dengan jabatan, titel di belakang nama hingga predikat sebagai makhluk yang konon diciptakan paling sempurna, jika tak mampu mempertanggungjawabkan perbuatan yang telah dilakukan.

7. Drama rumah tangga yang terlalu diumbar di media sosial. Hal itu jadi bukti bahwa sesuatu yang dipamerkan secara berlebihan tak ada manfaatnya

Terlalu diumbar via www.unsplash.com

Drama kehidupan tak hanya soal tiang listrik saja. Namun sudah merambah drama rumah tangga yang diumbar ke media sosial. Tak hanya satu rumah tangga yang ceritanya bahkan kita semua sudah tahu benar. Tapi banyak rumah tangga yang keutuhannya disiarkan langsung dalam akun-akun di media sosial. Drama rumah tangga tersebut ada yang selamat dari prahara, tapi ada juga akhirnya kandas bahkan tak sampai satu bulan setelah foto pertamanya diunggah.

Hal tersebut seakan menampar kita. Bahwa segala seuatu yang terlalu diumbar dan dipamerkan memang tak ada manfaatnya. Tak hanya perihal hubungan dan rumah tangga saja. Namun juga menyangkut kesuksesan, prestasi hingga masalah pribadi. Jika boleh diibaratkan, mengumbar hal yang tak perlu diumbar sama saja dengan membuka kotak bekalmu. Berbagai macam serangga bahkan tangan usil manusia bisa masuk dan mengoyak bekalmu sampai habis tak bersisa.

8. Akhir tahun ditutup dengan kasus bunuh diri lagi. Semoga dari sana kamu belajar lebih bijak dalam menyikapi masalah hidup yang terasa semakin berat ini

Lebih bijak via www.unsplash.com

Mungkin kamu menganggap kasus bunuh diri itu sepele. Seperti dengan entengnya membuat lelucon dari berita tentang seseorang yang mengakhiri hidupnya itu. Meski bunuh diri merupakan tindakan yang disayangkan, tapi bukan berarti hal tersebut tak memberikan pelajaran apa-apa. Justru dari hal tersebut, kamu bisa belajar untuk lebih bijak dalam menyikapi hidup. Lebih terbuka dan pelan-pelan tak membiarkan diri sendiri tenggelam dalam masalah yang membebani.

Semoga dengan hal-hal yang pernah terjadi di tahun 2017 bisa menjadi pelajaran sekaligus pengingat. Agar kamu tak terlena dan mengulangi kesalahan yang sama. Yang sudah terjadi biarlah menjadi urusan yang berwenang menangani. Sekarang saatnya kamu berbenah diri untuk menyambut 2018. Sudah siap?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Not that millennial in digital era.

CLOSE