6 Toxic Parenting yang Masih Dimaklumi, Khususnya di Indonesia. Risikonya, Anak Bisa Trauma!

jenis-jenis toxic parenting

Sebagai orang tua, menjamin anak untuk memiliki kehidupan yang terbaik umumnya menjadi tujuan yang akan selalu diusahakan entah bagaimana caranya. Pola asuh yang diterapkan pun menjadi salah satu fokus utama dalam mencapai tujuan ini. Namun kadang berbagai metode parenting yang salah akhirnya dilakukan entah disadari atau tidak. Padahal, alih-alih membuat si kecil menjadi cerdas dan tumbuh baik, ternyata hal ini justru bisa memberikan dampak yang negatif pada diri mereka lo, Moms.

Makanya, sebelum menjadi orang tua atau mungkin jika kamu saat ini sedang membesarkan sang anak, beberapa jenis toxic parenting berikut ini mungkin bisa kamu pahami terlebih dulu. Simak yuk penjelasannya!

1. Helicopter parenting, pola asuh yang cenderung memaksa dan terlalu ikut campur ke dalam urusan anak. Misalnya, orang tua nggak memberikan kesempatan anak belajar mengerjakan PR sendiri

Credit: freepik.com via www.freepik.com

Dilansir dari Halodoc , helicopter parenting adalah pola asuh yang identik dengan perilaku melindungi anak dengan cara berlebihan. Orang tua cenderung ikut campur dalam semua aspek mulai dari menentukan pendidikan hingga mengerjakan PR yang seharusnya dikerjakan sendiri. Anak akan dipaksa menurut karena takut jika memilih pilihannya sendiri maka akan gagal. Dampaknya anak jadi kurang percaya diri, kurang bisa beradaptasi dengan masalah, dan kurang mandiri sehingga ketrampilan hidup pun kurang terasah.

2. Mirip dengan helicopter parenting, drone parenting juga mengurusi banyak hal pada anak. Bedanya hal ini dilakukan diam-diam. Gini penjelasannya!

Credit: freepik.com via www.freepik.com

Sering melihat di drama Korea atau film-film keluarga di mana orang tua akan secara diam-diam menemui pelatih agar anaknya ikut kejuaraan tertentu? Atau melacak keberadaan anak melalui teknologi tertentu? Hingga menelpon guru sepanjang waktu? Semua ini dinamakan dengan drone parenting di mana kekhawatiran orang tua yang menyebabkannya. Namun dampaknya kurang lebih sama dengan helicopter parenting karena secara tak langsung ia tak mempercayai sang anak.

3. Sesuai dengan namanya, lawnmower parenting adalah pola asuh yang akan memotong segala hambatan yang ditemui sang anak. Hal ini jelas membuat anak menjadi kurang mandiri

Credit: freepik.com via www.freepik.com

Dilansir dari Very Well Family , yang dilakukan orang tua dengan lawnmower parenting adalah dengan melakukan manajemen mikro, ikut campur, dan menyusun segala  hal agar tak ada yang menghalangi jalan anak menuju sesuatu. Mungkin tujuan orang tua adalah agar hidup anak lebih mudah, selalu nyaman, dan hidup enak namun saat ia sudah tumbuh justru ia tak memiliki motivasi yang kuat karena terbiasa apa-apa tercapai.

4. Banyak orang tua yang ingin menempatkan dirinya pada posisi teman, tapi pola asuh the best buddy parent ini ternyata dampaknya juga nggak begitu baik

Credit: freepik.com via www.freepik.com

Menjadi teman bagi si kecil mungkin salah satu hal yang banyak diterapkan karena anggapan bahwa orang tua dan anak akan lebih saling mengerti. Ternyata hal ini justru akan berbahaya karena meleburnya batasan-batasan yang seharusnya tetap ada. Dilansir dari Parenting Science , parenting yang akhirnya permisif ini akan menyebabkan adanya permasalahan dengan perkembangan pengendalian diri.

5. Anak-anak yang tumbuh manja bisa jadi disebabkan oleh teknik pola asuh yang dinamakan butler parenting

Credit: freepik.com via www.freepik.com

Membersihkan ruangan, membereskan mainan, mengantarkan makan siang ke sekolah, semua hal ini dilakukan oleh orang tua yang memiliki pola asuh butler parenting. Hasilnya anak akan menjadi manja dan semua orang harus menuruti apa maunya. Ini bisa membuat anak jadi malah susah untuk mandiri.

6. Pola asuh orang tua yang perfeksionis akan menghasilkan anak yang mungkin hasil jangka pendeknya bagus, namun secara jangka panjang justru sebaliknya

Credit: freepik.com via www.freepik.com

Pernah menjumpai para orang tua yang merasa tidak puas karena anaknya mendapatkan nilai B+ atau bahkan A-? Bagi mereka nilai A bulat adalah wajib hukumnya. Segala tekanan akan diberikan kepada anak agar mereka selalu memperoleh hasil terbaik. Karenanya tidak ada waktu untuk bermain atau istirahat, yang ada hanya latihan dan latihan. Hasilnya justru anak akan mudah stres, cemas, dan pada akhirnya akan meledak.

Mungkin ada beberapa orang yang menyepelekan pola asuh anak karena dianggap hasilnya sama saja, namun ternyata hal itu kurang benar. Bahkan hal yang dikira bisa melindungi anak pun justru bisa jadi bumerang. Makanya sebelumnya perlu banyak ilmu yang mesti dipelajari. Tapi ingat, tentu setiap anak dan keluarga pola asuhnya akan berbeda dan nggak ada yang 100% sama.

Follow Mamin di Instagram @hipweeyoungmom atau gabung ke Support Group di Whatsapp juga yuk. Media curhat yang fun, menghadirkan konten-konten inspiratif dan terpercaya buat para moms #KarenaSemuaIbuBerhakBahagia

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

An avid reader and bookshop lover.